Blog archive
-
▼
2010
(99)
-
▼
December
(58)
- AKSES INFO PASAR
- Proposal Budidaya Jamur Tiram
- Manfaat Buah Tropika
- PETUNJUK TEKNIS
- Pengelolaan Limbah Ternak Untuk Peningkatkan Kuali...
- Pemanfaatan Teknik Kultur Antera Pada Pemuliaan Ta...
- Kulit Buah Manggis Instan BB-Pascapanen Curi Perha...
- SURAT EDARAN MENPAN NOMOR 5 TAHUN 2010 (PENGANGKAT...
- Uji kandungan mikro organisme lokal (MOL)
- Pupuk Organik Cair (POC)
- Peranan bahan organik terhadap tanah
- Budidaya Padi Sawah dengan Pola "SRI"
- Pengobatan Tradisional untuk Ternak Kambing
- Formulasi Sabun Transparan dari VCO
- PENGENDALIAN NEMATODA PARASIT PADA BENIH PADI
- Wereng, Penyebar Virus Mengancam Produksi Beras In...
- MODEL USAHA AGRIBISNIS TERNAK SAPI POTONG BERSKALA...
- Praktek membuat pupuk padat & MOL
- Pengendalian Penyakit Rabies
- Prospek Tepung Non Terigu
- Petunjuk Pengunaan Promi untuk Jerami Padi
- Hasil Analisa Kompos Jerami dan Nilai Haranya
- Pengomposan Jerami
- Menjadikan EM-4 Teman Setia Petani
- TRICHODERMA
- Aplikasi EM Pada Lingkungan
- BIOTEKNOLOGI MIKROBA UNTUK PERTANIAN ORGANIK
- Proses Pembuatan Kulit Manggis Menjadi Zat Pewarna...
- NIRA
- Analisis Usaha Budidaya Manggis
- Mentan: Ketersedian Pangan Kita Aman!
- Pagar Talang Tekan Sarang Tikus
- Pembuatan Minyak Goreng
- Pembuatan Tortilla dari Ampas Tahu dan Susu
- GAPOKTAN MUNGKINKAH JADI BANK PETANI?
- Pembuatan Tepung Labu Kuning
- Memproduksi French Fries dan Kue Mangkok Ubi Jalar
- TEPUNG ANEKA UMBI SEBUAH SOLUSI KETAHANAN PANGAN
- Kentang Goreng dari Kerinci
- TEKNIK MENGHASILKAN TEPUNG KENTANG BERMUTU
- ROTI DAN MIE DARI SUKUN
- Membuat Dawet dari Jerami Padi
- Dawet dari Jerami Padi
- KOMPOS DALAM SISTEM PEMUPUKAN PADI SAWAH
- NYAMPLUNG Sumber Energi Biofuel
- Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit
- Habitat Luwak Si Penghasil Kopi Luwak
- PENGENDALIAN NEMATODA PARASIT PADA BENIH PADI
- Tahu Tidak Asam, Lebih Lunak dan Kompak
- FORMULASI BERAS MUTIARA DARI UBIJALAR
- PUPUK & PESTISIDA ORGANIK DARI LIMBAH TAHU
- DAMPAK STRES PANAS PADA FASE-FASE PERTUMBUHAN PADI
- Mengembangkan Susu Fermentasi Khas Indonesia
- PENGAWETAN DAN KEMASAN BUNGA POTONG ALPINA
- PERMENTAN BAGI PPL
- Membuat Dan Mengaplikasikan Pestisida Nabati
- PENGUMUMAN KONTRAK KERJA THL-TBPP 2010 BAGI ANGKAT...
- Puluhan Ribu THL Pertanian Bakal Jadi CPNS
-
▼
December
(58)
Popular posts
-
BAGI YANG BUTUH BIBIT CABE KOPAY HUB / SMS. 0852 6524 7846 Cabe Kopay Adalah Cabe merah kriting asal kota payakumbuh sumatera bar...
-
RANGKUMAN EKSEKUTIF Dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk, produksi tanaman bahan pangan memegang peranan yang sangat penting bag...
-
Teknologi Mikroenkapsulasi Antosianin dari KBM Saat ini mikroenkapsulasi banyak digunakan, terutama dalam produk-produk pangan dan kesehatan...
-
A. Prinsip Pemanfaatan Pestisida Nabati Tumbuhan merupakan gudang bahan kimia yang kaya akan kandungan berbagai jenis bahan aktif. Dikenal s...
-
Hingga kini, masih banyak pelaku usaha pertanian di level grass root (petani, peternak, dan pembudidaya ikan) yang kurang atau tidak mengeta...
-
Produk hilir minyak kelapa murni (virgin coconut oil/VCO) berupa produk-produk kosmetik telah dikembangkan di negara-negara penghasil kelapa...
-
Pendahuluan Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika ...
-
PEMBUATAN MOL (Mikro Organisme Lokal) MOL merupakan cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang ada / terdapat dilokasi seperti : Buah-b...
-
Pupuk merupakan bahan tambahan yang diberikan ke tanah untuk tujuan memperkaya atau meningkatkan kondisi kesuburan tanah baik khemis, fisis ...
-
Praktek pembuatan pupuk padat dan MOL melalui tahapan sebagai berikut : Pupuk padat (Kompos) Bahan-bahan : 1) Bahan-bahan organik 2) MOL 3) ...
Sunday, December 19, 2010
Proposal Budidaya Jamur Tiram
Posted by
Jakes sito
,
at
11:30 PM
RANGKUMAN EKSEKUTIF
Dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk, produksi tanaman bahan pangan memegang peranan yang sangat penting bagi pembangunan di sektor pertanian, penyediaan pangan yang mencukupi baik dalam kuantitas maupun mutu gizinya secara merata dan tingkat harga yang layak merupakan kondisi yang diperlukan guna tercapainya stabilitas ekonomi yang mantap. Sejalan dengan hal itu, keberadaan industri kecil bidang pertanian ini akan menciptakan mata rantai kegiatan pengolahan di dalam negri yang semakin panjang. Selain itu akan memberikan dampak positif terhadap usaha-usaha peningkatan pendapatan petani dan usahawan kecil, perluasan berusaha serta menciptakan lapangan pekerjaan.
Dalam subsektor tanaman hortikultura masih dibutuhkan adanya perluasan produksinya, terutama jamur yang memiliki prospek semakin cerah, baik dilihat dari segi ekonomi maupun dari segi teknik budidayanya. Indonesia sebagai salah satu negara yang berada di daerah tropik memiliki potensi untuk budidaya jamur tiram, karena banyak memiliki limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk medium produksi jamur tiram. Namun kenyataanya budidaya jamur tiram belum banyak dikenal masyarakat Indonesia.
Dari segi teknik budidayanya, jamur tiram dapat dibudidayakan dengan mudah karena Indonesia memiliki potensi wilayah yang menunjang perkembangannya. Jamur tiram salah satu jamur pengan yang tersebar luas di daerah beriklim sedang. Walaupun demikian, daerah tropik juga dapat dapat memberikan kondisi lingkungan yang sesuai untuk keberhasilan pertumbuhan jamur tiram. Terlebioh lagi jamur tiram menghendaki temperatur optimum mendekati 300 C untuk pertumbuhan. Sedangkan dari segi ekonomi, prospek jamur dalam negri cukup cerah karena permintaan jamur semakin meningkat sehingga untuk memenuhinya Indonesia masih harus mengimpor.
1. ANALISIS SITUASI
Pada dasarnya prospek pasar jamur cukup cerah. Kalau usaha ini digarap secara serius dan dalam skala industri, tidak mustahil negara kita dapat menggeser posisi dan mengalahkan negara pengekspor utama.
Ada beberapa macam jamur yang beredar di pasaran selama ini, seperti jamur merang, jamur tiram putih, jamur tiram abu, jamur shiitake, jamur kuping, jamur lingzhi, jamur morel, jamur campignon, dan sebagainya. Yang paling luas dipasarkan ke seluruh dunia adalah jamur merang dan jamur campignon. Kemudian jamur shiitake dan jamur tiram. Jamur merang, jamur campignon, dan jamur tiram belum menjadi sayuran utama yang dijadikan menu sehari-hari bagi masyarakat. Maka wajarlah jika belum semua orang mengenal dan mengkonsumsi jamur apalagi jamur tiram yang belum begitu populer karena kurang promosi dan menganggap jamur ini beracun, terutama masyarakat pedesaan.
Walaupun jenis jamur yang dikonsumsi beragam, dalam wirausaha ini difokuskan hanya pada jamur tiram putih. Hal ini disebabkan karena jamur tiram putih memiliki arti ekonomi yang cukup tinggi, karena selain teknik budidayanya mudah, juga memiliki rasa khas dan nilai gizi yang tinggi. Selain itu juga jamur tiram putih paling laris dan banyak dicari dibandingkan dengan jenis jamur yang lain.
Di Indonesia jamur tiram putih ini belum banyak masyarakat yang memanfaatkannya sebagai makanan tambahan. Karena selain harganya yang relatif mahal, juga karena belum banyak dikenal. Jika Indonesia dapat memanmfaatkan peluang tersebut yaitu dengan perluasan usaha dan peningkatan mutu secara produktivitas, maka Indonesia dapat menjadi negara pengekspor yang dapat diandalkan. Disamping meningkatkan keuntungan bagi setiap pengusaha juga dapat menunjang devisa dan perluasan kesempatan kerja.
2. TUJUAN USAHA
Tujuan dari usaha ini adalah :
a. Mengembangkan jiwa wirausaha yang profesional dan mampu bersaing.
b. Mampu menganalisis, mengelola dan memanfaatkan peluang.
c. Memenuhi kebutuhan konsumen.
3. DATA PERUSAHAAN PENGELOLA
3.1 Nama Perusahaan
Wirausaha jamur tiram putih ini bernama “AGRIBISNIS TIRAM MANDIRI” merupakan salah satu sub bidang dalam komunitas Agribisnis Centre.
3.2 Lokasi Perusahaan
Tempat usaha “AGRIBISNIS TIRAM MANDIRI” terletak di Jl. ZA Pagar Alam Gg. Dakwah No. 29 Kedaton Bandar Lampung.
3.3 Bentuk Badan Usaha
Usaha yang dijalankan masih berupa usaha sederhana, sehingga struktur organisasi dan susunan kepengurusan yang ada masih sangat terbatas.
4. PENGEMBANGAN USAHA
Usaha ini dimulai dengan pendirian kumbung yang berukuran 8 x 20 m dan rak jamur 20 buah sebagai sarana yang digunakan dalam menjalankan wirausaha jamur tiram ini.
5. KAPASITAS PRODUKSI
Untuk proses produksi, dilaksanakan secara continue dengan selang waktu dua hari yang menghasilkan 400 polybag untuk satu kali produksi. Sehingga diasumsikan setelah tiga bulan pertama akan menghasilkan 5 kg jamur tiram putih setiap hari sampai jangka waktu sembilan bulan.
6. PELUANG USAHA
Pada dasarnya prospek wirausaha jamur tiram putih di Bandar Lampung cukup cerah. Hal ini disebabkan karena jamur tiram putih memiliki arti ekonomi yang cukup tinggi, karena selain teknik budidayanya yang mudah juga memiliki rasa khas dan nilai gizi yang tinggi. Selain itu juga jamur tiram putih paling laris dan banyak dicari jika dibandingkan dengan jenis jamur yang lain. Kalau usaha ini digarap secara serius dan dalam skala usaha industri, maka selain dapat meningkatkan keuntungan bagi setiap pengusaha juga dapat menunjang devisa dan perluasan kesempatan kerja.
7. ANALISIS DAN KELAYAKAN USAHA
7.1 Aspek Pengadaan
Proses realisasi wirausaha jamur tiram dimulai dengan pengadaan kumbung yang berukuran 8 x 20 m, 20 buah rak jamur dan komponen yang diperlukan untuk menunjang proses wirausaha tersebut. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi ini antara lain 2 buah drum, 2 buah hand sprayer, 2 buah sekop, dan cangkul.
7.2 Asapek Organisasi
Wirausaha jamur tiram putih Agribisnis Tiram Mandiri ini diusahakan oleh kelompok mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang terdiri dari :
1. Penanggungjawab Usaha :
Nama : Juanda Saputra
NPM : 004021076
Jurusan : Hortikultrura
2. Pemimpin Usaha :
Nama : Jakes Sito
NPM : 0114021008
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
3. Pelaksana Usaha :
Nama : Rizal Ferdiansah
NPM : 0114021072
Jurusan : Hortikultura
4. Pelaksana Keuangan dan Administrasi :
Nama : Mafrun Pratama
NPM : 0114021088
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Struktur Organisasi Wirausaha “AGRIBISNIS TIRAM MANDIRI”
7.3 Analisis Biaya
Biaya total modal pertama usaha jamur tiram ini adalah Rp. 9.300.000,00. Proyeksi penerimaan perbulan rata-rata adalah Rp. 1.350.000 dengan asumsi mendapatkan hasil panen sebanyak 112,5 kg dan harga jual Rp. 12.000/kg.
Biaya produksi selama satu bulan adalah Rp. 1.600.000,00 dengan perincian sebagai berikut :
Biaya Tetap
1. Pembuatan kumbung (8x20m) Rp. 5.000.000
2. Pembuatan rak jamur (20 buah) Rp. 2.000.000
3. Pembelian 2 Handsprayer @ Rp. 350.000 Rp. 700.000
Total Rp. 7.700.000
Biaya Variabel
1. Pembelian 100 karung sengon Rp. 150.000
2. Pembelian 40 botol bibit Rp. 660.000
3. Pembelian 70 kg kapur Rp. 40.000
4. Pembelian 70 kg dedek Rp. 140.000
5. Pembelian 14 kg plastik PP Rp. 280.000
6. Pembelian 10 kg karet Rp. 100.000
7. Pembelian 10 m pipa paralon Rp. 150.000
8. Pembelian kayu bakar Rp. 100.000
9. Pembelian 2 drum Rp. 80.000
Total Rp. 1.600.000
Total Biaya = Rp. 7.700.000 + Rp. 1.600.000
= Rp. 9.300.000
Penerimaan selama satu tahun
= 1350 kg x Rp. 12.000/kg
= Rp. 16.200.000
Penerimaan bersih selama satu bulan (NPV)
= Rp. 16.200.000 – Rp. 9.300.000
= Rp. 6.900.000
B/C Ratio = Penerimaan
Biaya Produksi
= Rp. 16.200.000
Rp. 9.300.000
= 1,74
Artinya setiap penambahan biaya Rp. 1,00 maka akan menambah penambahan sebesar Rp. 1,74 dan karena B/C > 1 maka usaha ini layak untuk diusahakan/dikembangkan.
8. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat, terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu merealisasikan wirausaha jamur tiram ini. Semoga kita selalu mendapat kepastian rahmat dan hidayah dari Allah SWT.
Bandar Lampung, 27 Juni 2003
Penanggungjawab Usaha Pimpinan Usaha
Juanda Saputra Jakes Sito
Direktur Executiffe Projek Offiser
Dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk, produksi tanaman bahan pangan memegang peranan yang sangat penting bagi pembangunan di sektor pertanian, penyediaan pangan yang mencukupi baik dalam kuantitas maupun mutu gizinya secara merata dan tingkat harga yang layak merupakan kondisi yang diperlukan guna tercapainya stabilitas ekonomi yang mantap. Sejalan dengan hal itu, keberadaan industri kecil bidang pertanian ini akan menciptakan mata rantai kegiatan pengolahan di dalam negri yang semakin panjang. Selain itu akan memberikan dampak positif terhadap usaha-usaha peningkatan pendapatan petani dan usahawan kecil, perluasan berusaha serta menciptakan lapangan pekerjaan.
Dalam subsektor tanaman hortikultura masih dibutuhkan adanya perluasan produksinya, terutama jamur yang memiliki prospek semakin cerah, baik dilihat dari segi ekonomi maupun dari segi teknik budidayanya. Indonesia sebagai salah satu negara yang berada di daerah tropik memiliki potensi untuk budidaya jamur tiram, karena banyak memiliki limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk medium produksi jamur tiram. Namun kenyataanya budidaya jamur tiram belum banyak dikenal masyarakat Indonesia.
Dari segi teknik budidayanya, jamur tiram dapat dibudidayakan dengan mudah karena Indonesia memiliki potensi wilayah yang menunjang perkembangannya. Jamur tiram salah satu jamur pengan yang tersebar luas di daerah beriklim sedang. Walaupun demikian, daerah tropik juga dapat dapat memberikan kondisi lingkungan yang sesuai untuk keberhasilan pertumbuhan jamur tiram. Terlebioh lagi jamur tiram menghendaki temperatur optimum mendekati 300 C untuk pertumbuhan. Sedangkan dari segi ekonomi, prospek jamur dalam negri cukup cerah karena permintaan jamur semakin meningkat sehingga untuk memenuhinya Indonesia masih harus mengimpor.
1. ANALISIS SITUASI
Pada dasarnya prospek pasar jamur cukup cerah. Kalau usaha ini digarap secara serius dan dalam skala industri, tidak mustahil negara kita dapat menggeser posisi dan mengalahkan negara pengekspor utama.
Ada beberapa macam jamur yang beredar di pasaran selama ini, seperti jamur merang, jamur tiram putih, jamur tiram abu, jamur shiitake, jamur kuping, jamur lingzhi, jamur morel, jamur campignon, dan sebagainya. Yang paling luas dipasarkan ke seluruh dunia adalah jamur merang dan jamur campignon. Kemudian jamur shiitake dan jamur tiram. Jamur merang, jamur campignon, dan jamur tiram belum menjadi sayuran utama yang dijadikan menu sehari-hari bagi masyarakat. Maka wajarlah jika belum semua orang mengenal dan mengkonsumsi jamur apalagi jamur tiram yang belum begitu populer karena kurang promosi dan menganggap jamur ini beracun, terutama masyarakat pedesaan.
Walaupun jenis jamur yang dikonsumsi beragam, dalam wirausaha ini difokuskan hanya pada jamur tiram putih. Hal ini disebabkan karena jamur tiram putih memiliki arti ekonomi yang cukup tinggi, karena selain teknik budidayanya mudah, juga memiliki rasa khas dan nilai gizi yang tinggi. Selain itu juga jamur tiram putih paling laris dan banyak dicari dibandingkan dengan jenis jamur yang lain.
Di Indonesia jamur tiram putih ini belum banyak masyarakat yang memanfaatkannya sebagai makanan tambahan. Karena selain harganya yang relatif mahal, juga karena belum banyak dikenal. Jika Indonesia dapat memanmfaatkan peluang tersebut yaitu dengan perluasan usaha dan peningkatan mutu secara produktivitas, maka Indonesia dapat menjadi negara pengekspor yang dapat diandalkan. Disamping meningkatkan keuntungan bagi setiap pengusaha juga dapat menunjang devisa dan perluasan kesempatan kerja.
2. TUJUAN USAHA
Tujuan dari usaha ini adalah :
a. Mengembangkan jiwa wirausaha yang profesional dan mampu bersaing.
b. Mampu menganalisis, mengelola dan memanfaatkan peluang.
c. Memenuhi kebutuhan konsumen.
3. DATA PERUSAHAAN PENGELOLA
3.1 Nama Perusahaan
Wirausaha jamur tiram putih ini bernama “AGRIBISNIS TIRAM MANDIRI” merupakan salah satu sub bidang dalam komunitas Agribisnis Centre.
3.2 Lokasi Perusahaan
Tempat usaha “AGRIBISNIS TIRAM MANDIRI” terletak di Jl. ZA Pagar Alam Gg. Dakwah No. 29 Kedaton Bandar Lampung.
3.3 Bentuk Badan Usaha
Usaha yang dijalankan masih berupa usaha sederhana, sehingga struktur organisasi dan susunan kepengurusan yang ada masih sangat terbatas.
4. PENGEMBANGAN USAHA
Usaha ini dimulai dengan pendirian kumbung yang berukuran 8 x 20 m dan rak jamur 20 buah sebagai sarana yang digunakan dalam menjalankan wirausaha jamur tiram ini.
5. KAPASITAS PRODUKSI
Untuk proses produksi, dilaksanakan secara continue dengan selang waktu dua hari yang menghasilkan 400 polybag untuk satu kali produksi. Sehingga diasumsikan setelah tiga bulan pertama akan menghasilkan 5 kg jamur tiram putih setiap hari sampai jangka waktu sembilan bulan.
6. PELUANG USAHA
Pada dasarnya prospek wirausaha jamur tiram putih di Bandar Lampung cukup cerah. Hal ini disebabkan karena jamur tiram putih memiliki arti ekonomi yang cukup tinggi, karena selain teknik budidayanya yang mudah juga memiliki rasa khas dan nilai gizi yang tinggi. Selain itu juga jamur tiram putih paling laris dan banyak dicari jika dibandingkan dengan jenis jamur yang lain. Kalau usaha ini digarap secara serius dan dalam skala usaha industri, maka selain dapat meningkatkan keuntungan bagi setiap pengusaha juga dapat menunjang devisa dan perluasan kesempatan kerja.
7. ANALISIS DAN KELAYAKAN USAHA
7.1 Aspek Pengadaan
Proses realisasi wirausaha jamur tiram dimulai dengan pengadaan kumbung yang berukuran 8 x 20 m, 20 buah rak jamur dan komponen yang diperlukan untuk menunjang proses wirausaha tersebut. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi ini antara lain 2 buah drum, 2 buah hand sprayer, 2 buah sekop, dan cangkul.
7.2 Asapek Organisasi
Wirausaha jamur tiram putih Agribisnis Tiram Mandiri ini diusahakan oleh kelompok mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang terdiri dari :
1. Penanggungjawab Usaha :
Nama : Juanda Saputra
NPM : 004021076
Jurusan : Hortikultrura
2. Pemimpin Usaha :
Nama : Jakes Sito
NPM : 0114021008
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
3. Pelaksana Usaha :
Nama : Rizal Ferdiansah
NPM : 0114021072
Jurusan : Hortikultura
4. Pelaksana Keuangan dan Administrasi :
Nama : Mafrun Pratama
NPM : 0114021088
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Struktur Organisasi Wirausaha “AGRIBISNIS TIRAM MANDIRI”
7.3 Analisis Biaya
Biaya total modal pertama usaha jamur tiram ini adalah Rp. 9.300.000,00. Proyeksi penerimaan perbulan rata-rata adalah Rp. 1.350.000 dengan asumsi mendapatkan hasil panen sebanyak 112,5 kg dan harga jual Rp. 12.000/kg.
Biaya produksi selama satu bulan adalah Rp. 1.600.000,00 dengan perincian sebagai berikut :
Biaya Tetap
1. Pembuatan kumbung (8x20m) Rp. 5.000.000
2. Pembuatan rak jamur (20 buah) Rp. 2.000.000
3. Pembelian 2 Handsprayer @ Rp. 350.000 Rp. 700.000
Total Rp. 7.700.000
Biaya Variabel
1. Pembelian 100 karung sengon Rp. 150.000
2. Pembelian 40 botol bibit Rp. 660.000
3. Pembelian 70 kg kapur Rp. 40.000
4. Pembelian 70 kg dedek Rp. 140.000
5. Pembelian 14 kg plastik PP Rp. 280.000
6. Pembelian 10 kg karet Rp. 100.000
7. Pembelian 10 m pipa paralon Rp. 150.000
8. Pembelian kayu bakar Rp. 100.000
9. Pembelian 2 drum Rp. 80.000
Total Rp. 1.600.000
Total Biaya = Rp. 7.700.000 + Rp. 1.600.000
= Rp. 9.300.000
Penerimaan selama satu tahun
= 1350 kg x Rp. 12.000/kg
= Rp. 16.200.000
Penerimaan bersih selama satu bulan (NPV)
= Rp. 16.200.000 – Rp. 9.300.000
= Rp. 6.900.000
B/C Ratio = Penerimaan
Biaya Produksi
= Rp. 16.200.000
Rp. 9.300.000
= 1,74
Artinya setiap penambahan biaya Rp. 1,00 maka akan menambah penambahan sebesar Rp. 1,74 dan karena B/C > 1 maka usaha ini layak untuk diusahakan/dikembangkan.
8. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat, terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu merealisasikan wirausaha jamur tiram ini. Semoga kita selalu mendapat kepastian rahmat dan hidayah dari Allah SWT.
Bandar Lampung, 27 Juni 2003
Penanggungjawab Usaha Pimpinan Usaha
Juanda Saputra Jakes Sito
Direktur Executiffe Projek Offiser
Manfaat Buah Tropika
Posted by
Jakes sito
,
at
11:29 PM
Nenas
* Nenas mengandung enzim bromelain yang memiliki berbagai manfaat:
o memecah lemak di usus sehingga membantu membersihkan usus dan saluran pencernaan.
o mengurangi tekanan darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol darah (membersihkan darah) dan mencegah stroke.
o meningkatkan pencernaan.
o mencuci timbunan protein dan parasit cacing pada dinding usus sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan melalui feces.
o menghambat pertumbuhan sel kanker.
o merangsang serta meningkatkan sistem pertahanan tubuh.
* Skin debridement propertis-nya berperan dalam mempercepat penyembuhan luka.
* Dapat menjaga keseimbangan hormon tubuh, sehingga sangat berguna bagi wanita untuk mengatur siklus menstruasi.
* Wanita yang baru melahirkan disarankan mengkonsumsi nenas dalam jumlah cukup untuk membersihkan rahim dan mempercepat penyembuhan.
* Mengandung tryptophan dan serotonin untuk relaksasi otak yang bermanfaat dalam mengurangi depresi, serta meningkatkan mood dan konsentrasi.
* Perlu klarifikasi terhadap pameo di masyarakat : nenas tidak baik bagi wanita (menyebabkan keputihan dan keguguran). Hal ini hanya berlaku bagi wanita yang sensitif. Lagipula nenas yang matang aman untuk dikonsumsi.
Pisang
* Kandungan vitamin C pisang = 2 kali apel (1 pisang = 2 apel).
* Pisang kaya akan mineral Kalsium (Ca) sehingga mengkonsumsi pisang setelah makan akan membantu menetralisir efek negatif konsumsi garam dan MSG yang berlebih.
* Mengandung Kalium (K) yang berfungsi menjaga keseimbangan air tubuh, kenormalan tekanan darah, fungsi jantung dan kerja otot.
Pepaya
* Kaya akan antioksidan karoten, vitamin C dan flavonoid yang berperan sebagai anti kanker.
* Mengandung papain - suatu enzim protease - yang bermanfaat untuk membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencerna protein.
* Mengandung karpaina - suatu alkaloid - dapat berfungsi untuk mengurangi serangan jantung, anti amuba, dan peluruh cacing.
* Pepaya dapat memperlancar pencernaan dan buang air, sehingga sangat baik dikonsumsi oleh penderita jantung dan darah tinggi yang sering mengalami kesulitan dalam buang air.
* Jus pepaya sangat baik digunakan untuk mengurangi kadar keasaman lambung, sehingga dapat membantu mengatasi penyakit maag.
Manggis
* Kandungan buah manggis bermanfaat sebagai obat anti inflamasi (anti radang) dan obat diare.
* Kulit manggis kaya akan xanthone antioksidan yang sangat baik untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
* Kulit manggis dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna tekstil dan air rebusannya dapat dijadikan obat.
* Nenas mengandung enzim bromelain yang memiliki berbagai manfaat:
o memecah lemak di usus sehingga membantu membersihkan usus dan saluran pencernaan.
o mengurangi tekanan darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol darah (membersihkan darah) dan mencegah stroke.
o meningkatkan pencernaan.
o mencuci timbunan protein dan parasit cacing pada dinding usus sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan melalui feces.
o menghambat pertumbuhan sel kanker.
o merangsang serta meningkatkan sistem pertahanan tubuh.
* Skin debridement propertis-nya berperan dalam mempercepat penyembuhan luka.
* Dapat menjaga keseimbangan hormon tubuh, sehingga sangat berguna bagi wanita untuk mengatur siklus menstruasi.
* Wanita yang baru melahirkan disarankan mengkonsumsi nenas dalam jumlah cukup untuk membersihkan rahim dan mempercepat penyembuhan.
* Mengandung tryptophan dan serotonin untuk relaksasi otak yang bermanfaat dalam mengurangi depresi, serta meningkatkan mood dan konsentrasi.
* Perlu klarifikasi terhadap pameo di masyarakat : nenas tidak baik bagi wanita (menyebabkan keputihan dan keguguran). Hal ini hanya berlaku bagi wanita yang sensitif. Lagipula nenas yang matang aman untuk dikonsumsi.
Pisang
* Kandungan vitamin C pisang = 2 kali apel (1 pisang = 2 apel).
* Pisang kaya akan mineral Kalsium (Ca) sehingga mengkonsumsi pisang setelah makan akan membantu menetralisir efek negatif konsumsi garam dan MSG yang berlebih.
* Mengandung Kalium (K) yang berfungsi menjaga keseimbangan air tubuh, kenormalan tekanan darah, fungsi jantung dan kerja otot.
Pepaya
* Kaya akan antioksidan karoten, vitamin C dan flavonoid yang berperan sebagai anti kanker.
* Mengandung papain - suatu enzim protease - yang bermanfaat untuk membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencerna protein.
* Mengandung karpaina - suatu alkaloid - dapat berfungsi untuk mengurangi serangan jantung, anti amuba, dan peluruh cacing.
* Pepaya dapat memperlancar pencernaan dan buang air, sehingga sangat baik dikonsumsi oleh penderita jantung dan darah tinggi yang sering mengalami kesulitan dalam buang air.
* Jus pepaya sangat baik digunakan untuk mengurangi kadar keasaman lambung, sehingga dapat membantu mengatasi penyakit maag.
Manggis
* Kandungan buah manggis bermanfaat sebagai obat anti inflamasi (anti radang) dan obat diare.
* Kulit manggis kaya akan xanthone antioksidan yang sangat baik untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
* Kulit manggis dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna tekstil dan air rebusannya dapat dijadikan obat.
Pengelolaan Limbah Ternak Untuk Peningkatkan Kualitas Produk Susu dan Lingkungan Hidup
Posted by
Jakes sito
,
at
7:08 PM
Limbah ternak sapi perah terdiri dari limbah padat berupa feces/kotoran ternak dan sisa pakan, serta limbah cair berupa air limbah pencucian kandang, air limbah sanitasi ternak dan air kencing sapi. Dalam satu hari setiap ekor sapi dapat menghasilkan limbah padat sebanyak 30-45 kg dan limbah cair sebanyak 100-250 liter. Bila tidak dikelola dengan baik, limbah yang dihasilkan akan menimbulkan masalah pada aspek produksi dan lingkungan seperti menurunkan kualitas susu yang dihasilkan, menimbulkan bau, dan menjadi sumber penyebaran penyakit bagi ternak dan manusia. Selain itu bila berdekatan dengan lokasi perumahan akan menimbulkan protes dari masyarakat, dan pencemaran air. Untuk itu pengelolaan limbah ternak perlu dilakukan secara tepat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, ketersediaan lahan, dan teknologi serta manajemen usaha yang berkembang di masyarakat. Secara umum pengelolaan limbah ternak dapat dilakukan dengan dua cara: Pertama, mengolahnya menjadi biogas. Limbah ternak yang dapat diolah menjadi biogas adalah kotoran ternak (feces) dan limbah cair dari pencucian, sanitasi dan urin sapi. Sedangkan sisa pakan berupa jerami atau hijauan lainnya perlu dipisahkan dan tidak masuk ke dalam reaktor digester biogas agar tidak terjadi sumbatan pada saluran dan reaktornya. Selanjutnya gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor atau dirubah menjadi listrik dengan bantuan generator. Kedua, mengolahnya menjadi pupuk kompos (padat atau cair). Untuk menghasilkan pupuk kompos padat diperlukan bahan berupa kotoran ternak dan sisa pakan atau hijauan. Sebaiknya bahan tersebut sejak awal telah dipisahkan agar tidak tercampur dengan air cucian, sanitasi dan urin ternak. Selanjutnya bahan tersebut dapat dikomposkan langsung atau ditambah arang sekam, serbuk gergaji, kapur dan aktivator untuk membantu proses pengomposan dan memperkaya unsur hara dalam kompos yang dihasilkan. Sedangkan untuk menghasilkan kompos/pupuk cair bahan yang digunakan terdiri dari urin sapi dan cairan sisa biogas. Cairan tersebut perlu ditambahkan beberapa bahan lain seperti dedak, nira atau tetes, dll untuk selanjutnya difermentasi selama 3-7 hari. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pengelolaan limbah ternak yang tepat adalah: - menciptakan kondisi kegiatan/usaha budidaya sapi perah dan produksi susu berjalan secara optimal, - meniadakan unsur pencemar di dalam lokasi kegiatan, - menghasilkan produk susu yang lebih berkualitas karena lingkungan usaha bersih dan sehat, - menghindari gangguan lingkungan berupa pencemaran di lokasi peternakan dan lingkungan sekitar, - menciptakan kondisi yang harmonis dengan masyarakat sekitar.
Pemanfaatan Teknik Kultur Antera Pada Pemuliaan Tanaman Padi
Posted by
Jakes sito
,
at
7:06 PM
Pemuliaan tanaman padi bertujuan untuk menghasilkan berbagai varietas padi ungul baru yang memiliki sifat lebih baik dibandingkan dengan varietas ungul yang telah ada, antara lain; hasil dan kualitas hasil lebih baik, toleran terhadap faktor pembatas biotik dan abiotik, adaptif terhadap spesifik lokasi serta sesuai dengan preferensi konsumen. Sebagian besar dari varietas padi unggul yang telah dilepas dihasilkan melalui program persilangan dan seleksi yang memerlukan waktu cukup lama hingga 5-7 tahun bahkan lebih. Dalam upaya menyediakan varietas unggul baru dengan waktu yang relatif lebih cepat dapat dilakukan antara lain melalui pemanfaatan teknik kultur antera.
Teknik kultur antera dapat mempercepat waktu pemuliaan melalui pembentukan galur haploid ganda (galur murni) dari polen tanaman F1, sehingga seleksi untuk sifat unggul yang diharapkan dapat dilakukan lebih awal. Secara teknis kultur antera padi terdiri dari dua tahap; yaitu tahap induksi kalus dari polen yang terdapat dalam antera tanaman F-1 (hasil persilangan antara tetua yang memiliki karakter diharapkan), dan tahap regenerasi tanaman dari kalus menjadi planlet. Planlet hasil regenerasi tanaman selanjutnya diaklimatisasi dan dipelihara hingga fase generatif. Planlet hijau yang dihasilkan pada umumnya berupa tanaman haploid ganda, sehingga dapat menghasilkan biji dan diperbanyak untuk evaluasi lebih lanjut.
Salah satu kendala pemanfaatan teknik tersebut adalah rendahnya produksi planlet hijau yang dihasilkan dan tidak semua genotipe memiliki daya kultur antera. Perbaikan teknis aplikasi untuk meningkatkan produksi galur-galur haploid ganda terus dilakukan. Hingga saat ini teknik kultur antera telah berhasil dimanfaatkan dalam perakitan galur-galur harapan baik pada padi sawah maupun padi gogo. Melalui teknik kultur antera galur-galur harapan dapat diperoleh dalam waktu 2,5 tahun.
Teknik kultur antera dapat mempercepat waktu pemuliaan melalui pembentukan galur haploid ganda (galur murni) dari polen tanaman F1, sehingga seleksi untuk sifat unggul yang diharapkan dapat dilakukan lebih awal. Secara teknis kultur antera padi terdiri dari dua tahap; yaitu tahap induksi kalus dari polen yang terdapat dalam antera tanaman F-1 (hasil persilangan antara tetua yang memiliki karakter diharapkan), dan tahap regenerasi tanaman dari kalus menjadi planlet. Planlet hasil regenerasi tanaman selanjutnya diaklimatisasi dan dipelihara hingga fase generatif. Planlet hijau yang dihasilkan pada umumnya berupa tanaman haploid ganda, sehingga dapat menghasilkan biji dan diperbanyak untuk evaluasi lebih lanjut.
Salah satu kendala pemanfaatan teknik tersebut adalah rendahnya produksi planlet hijau yang dihasilkan dan tidak semua genotipe memiliki daya kultur antera. Perbaikan teknis aplikasi untuk meningkatkan produksi galur-galur haploid ganda terus dilakukan. Hingga saat ini teknik kultur antera telah berhasil dimanfaatkan dalam perakitan galur-galur harapan baik pada padi sawah maupun padi gogo. Melalui teknik kultur antera galur-galur harapan dapat diperoleh dalam waktu 2,5 tahun.
Kulit Buah Manggis Instan BB-Pascapanen Curi Perhatian Pengunjung PF2N Batam
Posted by
Jakes sito
,
at
7:05 PM
Minuman KBM instan, salah satu inovasi teknologi dan produk unggulan BB-Pascapanen, berhasil mencuri perhatian pengunjung Pekan Flori Flora Nasional (PF2N) di Batam pada pertengahan Juli 2010 yang lalu. Tidak seperti minuman KBM lainnya yang beredar, teknologi baru yang dihasilkan tim peneliti BB-Pascapanen dibawah koordinator Asep W Permana, MSi. tersebut sangat diminati dan dapat diterima pengunjung karena rasa pahitnya sangat berkurang.
Seperti telah populer, KBM atau kulit buah manggis mengandung xanton, antosianin dan tanin. Produk KBM menjadi incaran pengusaha sebab saat ini menjadi tren penggunaan antioksidan sebagai suplemen maupun terapi berbagai penyakit terutama kanker. Bubuk KBM instan dapat pula digunakan sebagai kosmetika, herbal-jamu, suplemen, pewarna dan pengawet.
Umumnya kulit buah manggis diproduksi dengan bahan baku kulit manggis segar, tetapi teknologi yang dikembangkan BB-Pascapanen menghasilkan bubuk KBM instan dari kulit kering. Salah satu keuntungan penggunaan bahan baku kulit manggis kering adalah pengolahan dapat berlangsung kapan saja, tidak tergantung musim buah manggis. Yang penting, saat musim manggis tiba, kulit buah dikumpulkan dan dikeringkan.
Keunggulan bubuk KBM instan adalah penggunaannya yang lebih luas dan mudah, antara lain untuk minuman instan, bahan obat herbal atau jamu, campuran kosmetik, pewarna dan pengawet makanan. Selain itu, bubuk KBM instan memiliki daya simpan lama; mudah disimpan dan didistribusikan; senyawa yang tidak diinginkan (resin, serat) sudah minimal; serta mengandung antioksidan dan kapasitas antioksidan tinggi. Hasil analisis tiap gram bubuk KBM instan menunjukkan kadar antosianin 1,13 mg, kadar fenol 8,49 mg, kadar xanton (alfa mangostin) 0,59 mg, dan kapasitas antioksidan 19,72 mg AEAC. Hal ini berarti, dalam 1 gram bubuk KBM instan setara dengan 19,72 vitamin C.
Saat ini teknologi proses pembuatan KBM instan telah dipatenkan dan terbuka dilisensikan kepada pihak swasta yang berminat. Dalam skenarionya, kerja sama lisensi produksi bubuk KBM instan tersebut melibatkan berbagai pihak, antara lain petani/kelompok tani, BB-Pascapanen dan pengusaha.
Secara sederhana, petani/kelompok tani dapat membuat KBM kering atau tepung halus KBM yang kemudian menjadi bahan baku industri bubuk KBM instan yang dikembangkan swasta dengan teknologi dari BB-Pascapanen. Teknik mengolah KBM kering dan tepung halus KBM tidak sulit dan dapat dikuasai petani, kelompok usaha, atau rumah tangga dengan mudah setelah dilakukan pelatihan. Dalam kerja sama tersebut BB-Pascapanen dapat mengawal teknologi hingga produksi berhasil.
Daerah sentra buah manggis yang sudah menyatakan minatnya untuk bekerja sama adalah Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Sukabumi. Rencananya akan direalisasikan pada tahun anggaran 2011. Sekedar diketahui, setelah proses pemilihan/sortasi dan grading buah manggis untuk ekspor, masih terdapat buah manggis off grade dalam jumlah besar yang bisa diolah menjadi jus manggis dan bubuk KBM instan.
Seperti telah populer, KBM atau kulit buah manggis mengandung xanton, antosianin dan tanin. Produk KBM menjadi incaran pengusaha sebab saat ini menjadi tren penggunaan antioksidan sebagai suplemen maupun terapi berbagai penyakit terutama kanker. Bubuk KBM instan dapat pula digunakan sebagai kosmetika, herbal-jamu, suplemen, pewarna dan pengawet.
Umumnya kulit buah manggis diproduksi dengan bahan baku kulit manggis segar, tetapi teknologi yang dikembangkan BB-Pascapanen menghasilkan bubuk KBM instan dari kulit kering. Salah satu keuntungan penggunaan bahan baku kulit manggis kering adalah pengolahan dapat berlangsung kapan saja, tidak tergantung musim buah manggis. Yang penting, saat musim manggis tiba, kulit buah dikumpulkan dan dikeringkan.
Keunggulan bubuk KBM instan adalah penggunaannya yang lebih luas dan mudah, antara lain untuk minuman instan, bahan obat herbal atau jamu, campuran kosmetik, pewarna dan pengawet makanan. Selain itu, bubuk KBM instan memiliki daya simpan lama; mudah disimpan dan didistribusikan; senyawa yang tidak diinginkan (resin, serat) sudah minimal; serta mengandung antioksidan dan kapasitas antioksidan tinggi. Hasil analisis tiap gram bubuk KBM instan menunjukkan kadar antosianin 1,13 mg, kadar fenol 8,49 mg, kadar xanton (alfa mangostin) 0,59 mg, dan kapasitas antioksidan 19,72 mg AEAC. Hal ini berarti, dalam 1 gram bubuk KBM instan setara dengan 19,72 vitamin C.
Saat ini teknologi proses pembuatan KBM instan telah dipatenkan dan terbuka dilisensikan kepada pihak swasta yang berminat. Dalam skenarionya, kerja sama lisensi produksi bubuk KBM instan tersebut melibatkan berbagai pihak, antara lain petani/kelompok tani, BB-Pascapanen dan pengusaha.
Secara sederhana, petani/kelompok tani dapat membuat KBM kering atau tepung halus KBM yang kemudian menjadi bahan baku industri bubuk KBM instan yang dikembangkan swasta dengan teknologi dari BB-Pascapanen. Teknik mengolah KBM kering dan tepung halus KBM tidak sulit dan dapat dikuasai petani, kelompok usaha, atau rumah tangga dengan mudah setelah dilakukan pelatihan. Dalam kerja sama tersebut BB-Pascapanen dapat mengawal teknologi hingga produksi berhasil.
Daerah sentra buah manggis yang sudah menyatakan minatnya untuk bekerja sama adalah Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Sukabumi. Rencananya akan direalisasikan pada tahun anggaran 2011. Sekedar diketahui, setelah proses pemilihan/sortasi dan grading buah manggis untuk ekspor, masih terdapat buah manggis off grade dalam jumlah besar yang bisa diolah menjadi jus manggis dan bubuk KBM instan.
SURAT EDARAN MENPAN NOMOR 5 TAHUN 2010 (PENGANGKATAN TENAGA HONORER)
Posted by
Jakes sito
,
at
5:14 PM
MENTERI NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA
Kepada Yth.
Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat
Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah
di
Tempat
SURAT EDARAN
NOMOR 05 TAHUN 2010
TENTANG
PENDATAAN TENAGA HONORER
YANG BEKERJA DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH
1. Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007, Pemerintah telah melakukan pemrosesan tenaga honorer sejumlah 920.702. Menurut laporan dari berbagai daerah dan pengaduan tenaga honorer yang disampaikan kepada Badan Kepegawaian Negara dan Kementerian PAN & RB serta kepada Anggota DPR-RI khususnya Komisi II, Komisi VIII dan Komisi X, masih terdapat tenaga honorer yang memenuhi syarat Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 jo Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007.
2. Adapun tenaga honorer dimaksud terdiri dari :
1. Kategori I
Tenaga honorer yang penghasilannya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dengan kriteria :
Diangkat oleh pejabat yang berwenang;
Bekerja di instansi pemerintah;
Masa kerja minimal 1 (satu) tahun pada 31 Desember 2005 dan sampai saat ini masih bekerja secara terus menerus;
Berusia sekurang-kurangnya 19 tahun dan tidak boleh lebih dari 46 tahun per 1 Januari 2006
2. Kategori II
Tenaga honorer yang penghasilannya dibiayai bukan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau bukan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dengan kriteria :
Diangkat oleh pejabat yang berwenang;
Bekerja di instansi pemerintah;
Masa kerja minimal 1 (satu) tahun pada 31 Desember 2005 dan sampai saat ini masih bekerja secara terus menerus;
Berusia sekurang-kurangnya 19 tahun dan tidak boleh lebih dari 46 tahun per 1 Januari 2006
3. Untuk menyelesaikan tenaga honorer tersebut di atas dan sambil menunggu Peraturan Pemerintah Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penyelesaian Tenaga Honorer;
Tenaga honorer kategori I diminta kepada Pejabat Pembina Kepegawaian agar:
Melakukan pendataan tenaga honorer sebagaimana kriteria di atas berdasarkan formulir yang telah diisi oleh tenaga honorer dan disahkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk dan pejabat yang bertanggung jawab di bidang pengawasan sebagaiman tersebut dalam lampiran
Perekaman data tenaga honorer harus menggunakan aplikasi yang telah disiapkan oleh BKN. Aplikasi dan formulir pendataan dapat diunduh di www.bkn.go.id atau menghubungi BKN / Kantor Regional BKN di wilayah kerjanya.
Menyampaikan formulir pendataan tenaga honorer yang telah ditandatangani oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk dan pejabat yang bertanggungjawab di bidang pengawasan, daftar nominatif beserta softcopy (compact disk) data tenaga honorer hasil inventarisasi tersebut telah diterima di Badan Kepegawaian Negara paling lambat tanggal 31 Agustus 2010 sebagai bahan persiapan untuk melakukan verifikasi dan validasi data tenaga honorer oleh tim verifikasi dan validasi nasional yang jadwal pelaksanaan akan disampaikan kemudian oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara.
Pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten/Kota agar menyampaikan tembusan sebagaimana tersebut pada angka 3 di atas kepada Gubernur
Tenaga honorer kategori II diminta kepada Pejabat Pembina kepegawaian agar:
Melakukan inventarisasi data tenaga honorer sebagaimana kriteria di atas berdasarkan formulir sebagaimana tersebut dalam lampiran II.a dan II.b.
Menyampaikan hasil inventarisasi tersebut kepada Kementerian PAN & RB tembusan BKN paling lambat 31 Desember 2010
4. Selain hal tersebut di atas Pejabat Pembina Kepegawaian perlu melakukan hal-hal sebagai berikut :
Data Tenaga Honorer yang memenuhi persyaratan sebagaimana kategori I yang disampaikan kepada Kepala BKN setelah tanggal 30 Juni 2006 sampai dengan tanggal dikeluarkan Surat Edaran ini dinyatakan tidak berlaku dan agar diusulkan kembali dengan formulir sebagaimana dimaksud pada lampiran I.
Pelaksanaan pendataan (proses dan hasil) harus dilakukan secara transparan, tidak dipungut biaya, cermat, akurat, tepat dan diumumkan melalui media selama 14 (empat belas hari) kepada publik sehingga tidak menimbulkan permasalahan data tenaga honorer dikemudian hari.
Pejabat yang menandatangani formulir akan dikenai sanksi administrasi maupun pidana, apabila dikemudian hari ternyata data tenaga honorer yang disampaikan tersebut tidak benar dan tidak sah.
Biaya pelaksanaan pendataan tenaga honorer dibebankan pada APBN/APBD di masing-masing instansi pemerintah yang bersangkutan
Apabila sampai tanggal 31 Agustus 2010 formulir pendataan tenaga honorer, daftar nomonatif beserta softcopy (compact disk) dan formulir data belum diterima oleh BKN, maka instansi tersebut dinyatakan tidak memiliki tenaga honorer dan tidak dapat mengusulkan tenaga honorer kembali.
5. Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 28 Juni 2010
Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi,
E. E. Mangindaan
Tembusan :
Presiden Republik Indonesia
Wakil Presiden Republik Indonesia
sumber : bkn.go.id
(LAMPIRAN FORMULIR - DOWNLOAD)
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA
Kepada Yth.
Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat
Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah
di
Tempat
SURAT EDARAN
NOMOR 05 TAHUN 2010
TENTANG
PENDATAAN TENAGA HONORER
YANG BEKERJA DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH
1. Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007, Pemerintah telah melakukan pemrosesan tenaga honorer sejumlah 920.702. Menurut laporan dari berbagai daerah dan pengaduan tenaga honorer yang disampaikan kepada Badan Kepegawaian Negara dan Kementerian PAN & RB serta kepada Anggota DPR-RI khususnya Komisi II, Komisi VIII dan Komisi X, masih terdapat tenaga honorer yang memenuhi syarat Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 jo Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007.
2. Adapun tenaga honorer dimaksud terdiri dari :
1. Kategori I
Tenaga honorer yang penghasilannya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dengan kriteria :
Diangkat oleh pejabat yang berwenang;
Bekerja di instansi pemerintah;
Masa kerja minimal 1 (satu) tahun pada 31 Desember 2005 dan sampai saat ini masih bekerja secara terus menerus;
Berusia sekurang-kurangnya 19 tahun dan tidak boleh lebih dari 46 tahun per 1 Januari 2006
2. Kategori II
Tenaga honorer yang penghasilannya dibiayai bukan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau bukan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dengan kriteria :
Diangkat oleh pejabat yang berwenang;
Bekerja di instansi pemerintah;
Masa kerja minimal 1 (satu) tahun pada 31 Desember 2005 dan sampai saat ini masih bekerja secara terus menerus;
Berusia sekurang-kurangnya 19 tahun dan tidak boleh lebih dari 46 tahun per 1 Januari 2006
3. Untuk menyelesaikan tenaga honorer tersebut di atas dan sambil menunggu Peraturan Pemerintah Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penyelesaian Tenaga Honorer;
Tenaga honorer kategori I diminta kepada Pejabat Pembina Kepegawaian agar:
Melakukan pendataan tenaga honorer sebagaimana kriteria di atas berdasarkan formulir yang telah diisi oleh tenaga honorer dan disahkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk dan pejabat yang bertanggung jawab di bidang pengawasan sebagaiman tersebut dalam lampiran
Perekaman data tenaga honorer harus menggunakan aplikasi yang telah disiapkan oleh BKN. Aplikasi dan formulir pendataan dapat diunduh di www.bkn.go.id atau menghubungi BKN / Kantor Regional BKN di wilayah kerjanya.
Menyampaikan formulir pendataan tenaga honorer yang telah ditandatangani oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk dan pejabat yang bertanggungjawab di bidang pengawasan, daftar nominatif beserta softcopy (compact disk) data tenaga honorer hasil inventarisasi tersebut telah diterima di Badan Kepegawaian Negara paling lambat tanggal 31 Agustus 2010 sebagai bahan persiapan untuk melakukan verifikasi dan validasi data tenaga honorer oleh tim verifikasi dan validasi nasional yang jadwal pelaksanaan akan disampaikan kemudian oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara.
Pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten/Kota agar menyampaikan tembusan sebagaimana tersebut pada angka 3 di atas kepada Gubernur
Tenaga honorer kategori II diminta kepada Pejabat Pembina kepegawaian agar:
Melakukan inventarisasi data tenaga honorer sebagaimana kriteria di atas berdasarkan formulir sebagaimana tersebut dalam lampiran II.a dan II.b.
Menyampaikan hasil inventarisasi tersebut kepada Kementerian PAN & RB tembusan BKN paling lambat 31 Desember 2010
4. Selain hal tersebut di atas Pejabat Pembina Kepegawaian perlu melakukan hal-hal sebagai berikut :
Data Tenaga Honorer yang memenuhi persyaratan sebagaimana kategori I yang disampaikan kepada Kepala BKN setelah tanggal 30 Juni 2006 sampai dengan tanggal dikeluarkan Surat Edaran ini dinyatakan tidak berlaku dan agar diusulkan kembali dengan formulir sebagaimana dimaksud pada lampiran I.
Pelaksanaan pendataan (proses dan hasil) harus dilakukan secara transparan, tidak dipungut biaya, cermat, akurat, tepat dan diumumkan melalui media selama 14 (empat belas hari) kepada publik sehingga tidak menimbulkan permasalahan data tenaga honorer dikemudian hari.
Pejabat yang menandatangani formulir akan dikenai sanksi administrasi maupun pidana, apabila dikemudian hari ternyata data tenaga honorer yang disampaikan tersebut tidak benar dan tidak sah.
Biaya pelaksanaan pendataan tenaga honorer dibebankan pada APBN/APBD di masing-masing instansi pemerintah yang bersangkutan
Apabila sampai tanggal 31 Agustus 2010 formulir pendataan tenaga honorer, daftar nomonatif beserta softcopy (compact disk) dan formulir data belum diterima oleh BKN, maka instansi tersebut dinyatakan tidak memiliki tenaga honorer dan tidak dapat mengusulkan tenaga honorer kembali.
5. Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 28 Juni 2010
Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi,
E. E. Mangindaan
Tembusan :
Presiden Republik Indonesia
Wakil Presiden Republik Indonesia
sumber : bkn.go.id
(LAMPIRAN FORMULIR - DOWNLOAD)
Uji kandungan mikro organisme lokal (MOL)
Posted by
Jakes sito
,
at
4:46 PM
Simulasi (demontrasi) uji kandungan mikro organisme yang dilakukan oleh Kelompoktani organik Lestari organik, dengan sampel yang diuji yaitu :
1) Air sumur
2) MOL kotoran ternak (Sapi)
3) MOL bonggol pisang
4) Air lumpur yang diambil dari sawah
5) Kompos tanpa melalui fermentasi (tumpukan sampah yg dibiarkan +- 5 bulan) dilarutkan dengan air
Uji kandungan mikro organisme pada air sumur, lampu pijar tidak menyala. Hal tersebut membuktikan bahwa air sumur kandungan mikro organismenya kecil / bahkan tidak ada.
Uji kandungan mikro organisme pada MOL kotoran ternak (Sapi), lampu pijar menyala maksimal. Hal tersebut disebabkan MOL kotoran ternak memiliki kandungan mikro organisme yang tinggi (banyak) sehingga aplikasi pada tanaman juga sangat baik (selain sebagai nutrisi tanaman, jg memperbaiki struktur tanah).
Uji kandungan mikro organisme pada MOL bonggol pisang, hasil lampu pijar menyala maksimal. Hal tersebut membuktikan bahwa kandungan mikro organisme dalam MOL bonggol pisang tinggi.
Uji kandungan mikro organisme pada air lumpur yang diambil dari sawah, lampu pijar tidak menyala. Hal tersebut membuktikan bahwa air sawah (lumpurnya) kandungan mikro organismenya kecil, sehingga perlu diperbaiki struktur tanahnya.
Uji kandungan mikro organisme pada kompos alami, yaitu kompos yang dihasilkan dari penumpukan sampah yang dibiarkan kurang lebih selama 5 bulan, hasilnya lampu pijar tidak menyala. Hal tersebut dikarenakan pupuk kompos alami kandungan mikro organismenya kecil, sehingga untuk memperbaiki struktur tanah lebih lambat dibandingkan dengan pupuk kompos hasil fermentasi (kandungan mikro organismenya lebih tinggi).
Pupuk Organik Cair (POC)
Posted by
Jakes sito
,
at
4:42 PM
(Salah satu artikel tentang Pupuk Organik Cair (POC) yang kami peroleh di internet, Cuma kami lupa sumbernya, semoga bermanfaat, khususnya bagi kalangan petani organik)
Pupuk organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan selain itu juga menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan. Oleh karena itu sekarang ini penggunaan pupuk organik digalakkan pemakaiannya di kalangan petani. Salah satu bahan dasar pembuat pupuk organik cair adalah urine sapi perah. Kelemahan pupuk organik cair dari urine sapi perah adalah kurangnya kandungan unsur hara yang dimiliki. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari komposisi campuran yang dapat memberikan peningkatan kandungan unsur hara dalam pupuk organik cair, khususnya peningkatan kandungan N, P, K. Dalam penelitian ini dilakukan percobaan peningkatan kandungan unsur N, P, K dengan bahan campuran sebagai berikut :
1. Penyumbang Unsur N (Nitrogen) : Urine sapi perah, Feses sapi perah, kotoran kambing, dan kotoran ayam.
2. Penyumbang Unsur P (Phospor) : Kotoran kelelawar (Guano Phospat)
3. Penyumbang unsur K (Kalium) : Abu sekam padi dan pisang klutuk
4. Penyumbang Total Koloni Bakteri : Bakteri rumen sapi, trasi dan susu sapi
Percobaan dilakukan secara serentak dengan menggunakan 20 macam model percobaan yang merupakan kombinasi dari bahan-bahan di atas. Untuk menganalisis hasil penelitian digunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis kuantitatif. Metode analisis deskriptif adalah metode yang menguraikan hasil penelitian dengan menggambarkan hasil penelitian menggunakan tabel, grafik dan analisa tabel dan grafik tersebut secara langsung. Metode analisis kuantitatif adalah metode yang menggunakan alat analisis statistik. Dalam hal ini alat analisis yang digunakan adalah uji t. Hasil dari percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa ada perubahan yang terjadi pada kandungan unsur N, P, K dalam pupuk organik cair. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antar hasil analisis laboratorium dengan hasil perhitungan teoritis. Kata kunci : urine sapi + feses ayam + guano phosphat + abu sekam padi + rumen, pupuk organik cair.
Pupuk organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan selain itu juga menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan. Oleh karena itu sekarang ini penggunaan pupuk organik digalakkan pemakaiannya di kalangan petani. Salah satu bahan dasar pembuat pupuk organik cair adalah urine sapi perah. Kelemahan pupuk organik cair dari urine sapi perah adalah kurangnya kandungan unsur hara yang dimiliki. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari komposisi campuran yang dapat memberikan peningkatan kandungan unsur hara dalam pupuk organik cair, khususnya peningkatan kandungan N, P, K. Dalam penelitian ini dilakukan percobaan peningkatan kandungan unsur N, P, K dengan bahan campuran sebagai berikut :
1. Penyumbang Unsur N (Nitrogen) : Urine sapi perah, Feses sapi perah, kotoran kambing, dan kotoran ayam.
2. Penyumbang Unsur P (Phospor) : Kotoran kelelawar (Guano Phospat)
3. Penyumbang unsur K (Kalium) : Abu sekam padi dan pisang klutuk
4. Penyumbang Total Koloni Bakteri : Bakteri rumen sapi, trasi dan susu sapi
Percobaan dilakukan secara serentak dengan menggunakan 20 macam model percobaan yang merupakan kombinasi dari bahan-bahan di atas. Untuk menganalisis hasil penelitian digunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis kuantitatif. Metode analisis deskriptif adalah metode yang menguraikan hasil penelitian dengan menggambarkan hasil penelitian menggunakan tabel, grafik dan analisa tabel dan grafik tersebut secara langsung. Metode analisis kuantitatif adalah metode yang menggunakan alat analisis statistik. Dalam hal ini alat analisis yang digunakan adalah uji t. Hasil dari percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa ada perubahan yang terjadi pada kandungan unsur N, P, K dalam pupuk organik cair. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antar hasil analisis laboratorium dengan hasil perhitungan teoritis. Kata kunci : urine sapi + feses ayam + guano phosphat + abu sekam padi + rumen, pupuk organik cair.
Peranan bahan organik terhadap tanah
Posted by
Jakes sito
,
at
4:38 PM
Pemakaian pupuk buatan untuk tanaman padi sawah, telah diperkenalkan kepada petani secara massal, bersamaan dengan pelaksanaan program intensifikasi Bimas sejak akhir tahun 1960-an. Sebelum itu, petani biasanya menggunakan pupuk kandang dan abu dapur dalam jumlah terbatas. Dengan pemakaian bibit unggul yang tanggap terhadap pemupukan, maka pupuk buatan (pupuk anorganik) seperti Urea, TSP dan KCl memberikan sumbangan nyata terhadap peningkatan produksi padi nasional. Sejak itu, petani selalu menggunakan pupuk buatan untuk tanaman padi sawah dan mengesampingkan pupuk organik karena lebih mudah dan murah memanfaatkan pupuk pabrik serta cepat mendapat respon tanaman padi yang jelas. Penggunaan pupuk anorganik (pabrik) dalam waktu lama dan terus-menerus ,mengakibatkan: sifat fisik tanah memburuk, tanah menjadi padat, terjadi penimbunan fosfat, keadaan mikrobiologi tanah kurang serasi sehingga kegiatan jasad mikro tanah merosot. Hal ini disebabklan karena kadar bahan organik tanah telah merosot. Kadar bahan organik tanah merupakan kunci utama kesehatan tanah, secara fisik, kimia dan biologi. Oleh karena itu, upaya memperbaiki kesehatan tanah dilakukan melalui pengelolaan bahan organik.
Peranan Bahan Organik Tanah terhadap Fisik Tanah
Sifat humus dari bahan organik adalah gembur, bobot isi rendah dan dengan kelembaban tanah tinggi serta temperatur tanah yang stabil, meningkatkan kegiatan jasad mikro tanah, sehingga pencampurannya dengan bagian mineral memberikan struktur tanah yang gembur dan remah serta mudah diolah. Struktur tanah yang demikian, merupakan keadaan fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir atau tanah yang berstruktur gumpal, bila dicampur dengan bahan organik, memberikan sifat fisik yang lebih baik. Tanah yang kandungan bahan organiknya tinggi, lebih mudah diolah daripada yang kandungan bahan organiknya rendah., tidak membentuk kerak (crust) dan tidak merekah besar (crack) jika kekeringan dan mempunyai tingkat kekerasaan yang rendah.
Peranan Bahan Organik Tanah terhadap Kimia Tanah
bahan organik berfungsi sebagai gudang penyimpan hara, juga mudah melepaskan hara tersebut untuk dipakai oleh tanaman. Fosfat yang semula terfiksasi Ca, Fe dan Al dan tidak dapat diserap tanaman akan menjadi tersedia bila unsur-unsur Ca, Fe dan Qal tersebut, diikat bahan organik menjadi organo-kompleks. Proses ini adalah proses kimia, sehingga kelarutan Al dan Fe dalam tanah yang semula tinggi dan bersifat racun dapat dikurangi. Tidak semua Al dan Fe tersebut dapat terikat tetapi hanya beberapa bentuk dalam senyawa tertentu. Dengan berkurangnya kadar Al dan Fe pada penggunaan bahan organik, maka pengapuran tanah yang bertujuan untuk mengurangi keracunan Fe dan Al dapat juga dikurangi atau bahkan dapat dihindari. Tetapi pengapuran yang bertujuan untuk mensuplai hara Ca, masih diperlukan. Pada sawah, kehilangan N melalui volatilisasi amonia, dapat dikurangi karena serapan ion amonium diikat humus dalam tanah meningkat sehingga menjadi tersedia untuk tanaman.
Peranan Bahan Organik Tanah terhadap Biologi Tanah
bahan organik tanah adalah sumber utama energi atau menjadi bahan makanan bagi aktivitas jasad mikro tanah. Penambahan bahan organik dengan C/N rasio tinggi mendorong pembiakan jasad renik dan mengikat beberapa unsur harta tanaman. Setelah C/N rasio turun, sebagaian jasad mikro mati dan melepaskan kembali unsur hara ke tanah. Makin banyak bahan organik, makin banyak populasi jasad mikro dalam tanah.
Pupuk Kompos Memperbaiki Kesuburan Tanah Lahan Sawah
Pupuk kompos (pupuk kandang) adalah salah satu jenis pupuk organik sebagai hasil limbah ternak berupa kotoran yang bercampur dengan sisa hijauan pakan. Salah satu cara memperbaiki kesehatan tanah yang sakit dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kompos. Pupuk kompos ini sebagai bahan organik akan memperbaiki aspek kimia, fisik dan biologi tanah. Walaupun pengaruh tanaman padi terhadap penyerapan zat hara yang disediakan pupuk kompos relatif lebih lama dibanding dengan pemberian pupuk buatan, namun jangka waktu manfaatnya bagi tanaman padi lebih lama. Relatif lamanya penyerapan zat hara dari pupuk kompos karena pupuk kompos tersebut harus dirombak lebih dahulu oleh jasad renik menjadi bentuk yang sederhana agar mudah diserap oleh akar tanaman. Pemberian pupuk kompos dalam jangka waktu lama, justru akan memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan aerasi tanah.
Peranan Bahan Organik Tanah terhadap Fisik Tanah
Sifat humus dari bahan organik adalah gembur, bobot isi rendah dan dengan kelembaban tanah tinggi serta temperatur tanah yang stabil, meningkatkan kegiatan jasad mikro tanah, sehingga pencampurannya dengan bagian mineral memberikan struktur tanah yang gembur dan remah serta mudah diolah. Struktur tanah yang demikian, merupakan keadaan fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir atau tanah yang berstruktur gumpal, bila dicampur dengan bahan organik, memberikan sifat fisik yang lebih baik. Tanah yang kandungan bahan organiknya tinggi, lebih mudah diolah daripada yang kandungan bahan organiknya rendah., tidak membentuk kerak (crust) dan tidak merekah besar (crack) jika kekeringan dan mempunyai tingkat kekerasaan yang rendah.
Peranan Bahan Organik Tanah terhadap Kimia Tanah
bahan organik berfungsi sebagai gudang penyimpan hara, juga mudah melepaskan hara tersebut untuk dipakai oleh tanaman. Fosfat yang semula terfiksasi Ca, Fe dan Al dan tidak dapat diserap tanaman akan menjadi tersedia bila unsur-unsur Ca, Fe dan Qal tersebut, diikat bahan organik menjadi organo-kompleks. Proses ini adalah proses kimia, sehingga kelarutan Al dan Fe dalam tanah yang semula tinggi dan bersifat racun dapat dikurangi. Tidak semua Al dan Fe tersebut dapat terikat tetapi hanya beberapa bentuk dalam senyawa tertentu. Dengan berkurangnya kadar Al dan Fe pada penggunaan bahan organik, maka pengapuran tanah yang bertujuan untuk mengurangi keracunan Fe dan Al dapat juga dikurangi atau bahkan dapat dihindari. Tetapi pengapuran yang bertujuan untuk mensuplai hara Ca, masih diperlukan. Pada sawah, kehilangan N melalui volatilisasi amonia, dapat dikurangi karena serapan ion amonium diikat humus dalam tanah meningkat sehingga menjadi tersedia untuk tanaman.
Peranan Bahan Organik Tanah terhadap Biologi Tanah
bahan organik tanah adalah sumber utama energi atau menjadi bahan makanan bagi aktivitas jasad mikro tanah. Penambahan bahan organik dengan C/N rasio tinggi mendorong pembiakan jasad renik dan mengikat beberapa unsur harta tanaman. Setelah C/N rasio turun, sebagaian jasad mikro mati dan melepaskan kembali unsur hara ke tanah. Makin banyak bahan organik, makin banyak populasi jasad mikro dalam tanah.
Pupuk Kompos Memperbaiki Kesuburan Tanah Lahan Sawah
Pupuk kompos (pupuk kandang) adalah salah satu jenis pupuk organik sebagai hasil limbah ternak berupa kotoran yang bercampur dengan sisa hijauan pakan. Salah satu cara memperbaiki kesehatan tanah yang sakit dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kompos. Pupuk kompos ini sebagai bahan organik akan memperbaiki aspek kimia, fisik dan biologi tanah. Walaupun pengaruh tanaman padi terhadap penyerapan zat hara yang disediakan pupuk kompos relatif lebih lama dibanding dengan pemberian pupuk buatan, namun jangka waktu manfaatnya bagi tanaman padi lebih lama. Relatif lamanya penyerapan zat hara dari pupuk kompos karena pupuk kompos tersebut harus dirombak lebih dahulu oleh jasad renik menjadi bentuk yang sederhana agar mudah diserap oleh akar tanaman. Pemberian pupuk kompos dalam jangka waktu lama, justru akan memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan aerasi tanah.
Budidaya Padi Sawah dengan Pola "SRI"
Posted by
Jakes sito
,
at
4:14 PM
PEMBUATAN MOL (Mikro Organisme Lokal)
MOL merupakan cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang ada / terdapat dilokasi seperti : Buah-buahan (Pepaya, Pisang dll), rebung, bonggol pisang dll. MOL berfungsi sebagai starter / aktivator dalam pembuatan pupuk padat (kompos / bokhasi) dan tambahan nutrisi bagi tumbuhan
PEMBUATAN PUPUK PADAT (Kompos / Bokhasi)
Kompos / bokhasi adalah bahan alami yang telah lapuk melalui proses penghancuran / penguraian oleh mikro organisme. Bahan pembuatan kompos antara lain Kotoran hewan / ternak (Sapi, Kambing, Ayam, dll), sisa tanaman, hijau-hijauan, limbah organik (serbuk gergaji kayu, sabut kelapa dll), jerami dll.
Untuk mempercepat pembuatan kompos, bahan-bahan tersebut dicacah / potong kecil +- 1cm dan ditumpuk secara lapis-perlapis dengan ketebalan tiap lapis +- 20 -40 cm dan disiram dengan cairan MOL, tutup dengan karung bekas, terpal / plastik.
PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah dilakukan dengan metode konvensional, kemudian ditambah kompos / bokhasi sebanyak 1 - 3 kg / m2. (disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah)
PEMILIHAN BENIH
Benih padi diuji dengan menggunakan larutan garam (indikator jumlah garam sudah mencukupi apabila telur itik mentah dapat terapung pada larutan garam tersebut), benih padi yang tenggelam dalam larutan garam tersebut merupakan benih yang bermutu baik / sehat, benih tersebut diambil, dicuci dengan air tawar hingga tidak terasa asin, benih siap disemai.
PERSEMAIAN
Tempat persemaian dibuat dalam tampah / nampan dengan media tumbuh campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 1. Kebutuhan benih perhektar +- 5 kg / ha. Seperti terlihat dalam gambar dibawah ini :
PENANAMAN DAN JARAK TANAM
Penanaman padi berumur 5-7 hari (dalam prakteknya belum sepenuhnya dapat dilakukan, karena kondisi lahan sawah yang terendam air cukup tinggi, sehingga hanya blok-blok tertentu yang kondisinya memungkinkan dilakukan tanam usia muda, sisanya usia tanam berkisar 12-20 hari)
Ditanam tunggal, dangkal, membentuk huruf L (dalam prakteknya tidak semua ditanam tunggal, karena alasan yang sama seperti diatas, sehingga hanya blok-blok tertentu saja yang dapat dilakukan dengan tanam tunggal
Jarak tanam lebar yaitu 40 x 40 cm atau 50 x 50 cm
PENGELOLAAN AIR DAN PENYIANGAN
Secara umum dalam masa pertumbuhan vegetatif, air secara macak-macak, penyiangan dilakukan dengan selang waktu 10 hari sejak tanam, sebanyak 4 kali, MOL diberikan sebagai Nutrisi (dapat ditambah dengan pupuk cair organik) setiap 7 - 10 hari, paling tidak sebanyak 5 kali.
PENGENDALIAN HAMA
Pengendalian hama dilakukan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pengendalian hama menggunakan pestisida nabati / alami dan dilakukan apabila serangan hama telah melewati ambang batas kewajaran.
Contoh demplot tanaman padi Kelompoktani Lestari-Organik
Demplot tanaman padi pada kolam / bak semen dengan ukuran 5m x 5m dengan media tanam terdiri dari tanah dan bokhasi, perbandingan 1 bagian tanah dan 1 bagian bokhasi. Umur tanaman 40 hari.
MOL merupakan cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang ada / terdapat dilokasi seperti : Buah-buahan (Pepaya, Pisang dll), rebung, bonggol pisang dll. MOL berfungsi sebagai starter / aktivator dalam pembuatan pupuk padat (kompos / bokhasi) dan tambahan nutrisi bagi tumbuhan
PEMBUATAN PUPUK PADAT (Kompos / Bokhasi)
Kompos / bokhasi adalah bahan alami yang telah lapuk melalui proses penghancuran / penguraian oleh mikro organisme. Bahan pembuatan kompos antara lain Kotoran hewan / ternak (Sapi, Kambing, Ayam, dll), sisa tanaman, hijau-hijauan, limbah organik (serbuk gergaji kayu, sabut kelapa dll), jerami dll.
Untuk mempercepat pembuatan kompos, bahan-bahan tersebut dicacah / potong kecil +- 1cm dan ditumpuk secara lapis-perlapis dengan ketebalan tiap lapis +- 20 -40 cm dan disiram dengan cairan MOL, tutup dengan karung bekas, terpal / plastik.
PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah dilakukan dengan metode konvensional, kemudian ditambah kompos / bokhasi sebanyak 1 - 3 kg / m2. (disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah)
PEMILIHAN BENIH
Benih padi diuji dengan menggunakan larutan garam (indikator jumlah garam sudah mencukupi apabila telur itik mentah dapat terapung pada larutan garam tersebut), benih padi yang tenggelam dalam larutan garam tersebut merupakan benih yang bermutu baik / sehat, benih tersebut diambil, dicuci dengan air tawar hingga tidak terasa asin, benih siap disemai.
PERSEMAIAN
Tempat persemaian dibuat dalam tampah / nampan dengan media tumbuh campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 1. Kebutuhan benih perhektar +- 5 kg / ha. Seperti terlihat dalam gambar dibawah ini :
PENANAMAN DAN JARAK TANAM
Penanaman padi berumur 5-7 hari (dalam prakteknya belum sepenuhnya dapat dilakukan, karena kondisi lahan sawah yang terendam air cukup tinggi, sehingga hanya blok-blok tertentu yang kondisinya memungkinkan dilakukan tanam usia muda, sisanya usia tanam berkisar 12-20 hari)
Ditanam tunggal, dangkal, membentuk huruf L (dalam prakteknya tidak semua ditanam tunggal, karena alasan yang sama seperti diatas, sehingga hanya blok-blok tertentu saja yang dapat dilakukan dengan tanam tunggal
Jarak tanam lebar yaitu 40 x 40 cm atau 50 x 50 cm
PENGELOLAAN AIR DAN PENYIANGAN
Secara umum dalam masa pertumbuhan vegetatif, air secara macak-macak, penyiangan dilakukan dengan selang waktu 10 hari sejak tanam, sebanyak 4 kali, MOL diberikan sebagai Nutrisi (dapat ditambah dengan pupuk cair organik) setiap 7 - 10 hari, paling tidak sebanyak 5 kali.
PENGENDALIAN HAMA
Pengendalian hama dilakukan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pengendalian hama menggunakan pestisida nabati / alami dan dilakukan apabila serangan hama telah melewati ambang batas kewajaran.
Contoh demplot tanaman padi Kelompoktani Lestari-Organik
Demplot tanaman padi pada kolam / bak semen dengan ukuran 5m x 5m dengan media tanam terdiri dari tanah dan bokhasi, perbandingan 1 bagian tanah dan 1 bagian bokhasi. Umur tanaman 40 hari.
Pengobatan Tradisional untuk Ternak Kambing
Posted by
Jakes sito
,
at
4:14 PM
Untuk mengurangi penyebaran penyakit pada ternak yang telah menderita sakit maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan ialah (a) jika ada ternak yang sakit harus segera dipisahkan, (b) segera lakukan pengamatan secara mendalam pada ternak-ternak yang lain apakah ada tanda-tanda sakit atau tidak misalnya tingkah laku ternak, tanda-tanda fisiknya, nafsu makan dan sebagainya, dan (c) jika perlu upayakan pengobatan sementara.
Pemakaian obat-obatan memerlukan kehatian-hatian karena kesalahan pemberian akan berakibat fatal dan kalaupun tidak maka pemakaian obat yang tidak tepat akan merugikan peternak.
Namun demikian, mengobati ternak yang sakit tidak harus menggunakan obat buatan pabrik. Berdasarkan pengalaman lapangan yang pernah penulis alami, pemakaian obat-obatan tradisional tidak kalah manjurnya untuk mengobati ternak sakit.
Pemanfaatan obat tradisional dianjurkan karena selain dapat menghemat biaya, juga dapat mengurangi ketergantungan petani peternak terhadap obat-obat ternak pabrik yang biasanya kurang bahkan tidak tersedia di pedesaan.
Lagipula ternak sakit dapat segera ditolong karena tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat biasanya banyak terdapat di pedesaan. Apalagi Indonesia sangat kaya dengan keaneka ragaman hayati jenis tanaman yang biasa digunakan sebagai obat tradisional.
Untuk pengobatan penyakit kudis pada kambing cukur bulu sekitar daerah terserang, mandikan ternak dengan sabun sampai bersih, kemudian jemur sampai kering. Setelah kering dapat diobati dengan menggunakan: 1). Belerang dihaluskan, dicampur kunyit dan minyak kelapa, kemudian dipanaskan dan digosokkan pada kulit yang sakit; 2). Belerang dihaluskan dan dicampur dengan oli bekas dan digosok pada bagian kulit yang sakit dan 3). Kamper/kapur barus digerus, dicampur minyak kelapa dan dioleskan pada bagian kulit yang sakit.
Pencegahan: - Ternak yang berpenyakit kudis tidak boleh bercampur dengan ternak yang sehat; - Ternak yang baru dibeli harus bebas dari penyakit kudis; - Mandikan ternak dua minggu sekali; - Bersihkan kandang seminggu sekali.
Pemakaian obat-obatan memerlukan kehatian-hatian karena kesalahan pemberian akan berakibat fatal dan kalaupun tidak maka pemakaian obat yang tidak tepat akan merugikan peternak.
Namun demikian, mengobati ternak yang sakit tidak harus menggunakan obat buatan pabrik. Berdasarkan pengalaman lapangan yang pernah penulis alami, pemakaian obat-obatan tradisional tidak kalah manjurnya untuk mengobati ternak sakit.
Pemanfaatan obat tradisional dianjurkan karena selain dapat menghemat biaya, juga dapat mengurangi ketergantungan petani peternak terhadap obat-obat ternak pabrik yang biasanya kurang bahkan tidak tersedia di pedesaan.
Lagipula ternak sakit dapat segera ditolong karena tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat biasanya banyak terdapat di pedesaan. Apalagi Indonesia sangat kaya dengan keaneka ragaman hayati jenis tanaman yang biasa digunakan sebagai obat tradisional.
Untuk pengobatan penyakit kudis pada kambing cukur bulu sekitar daerah terserang, mandikan ternak dengan sabun sampai bersih, kemudian jemur sampai kering. Setelah kering dapat diobati dengan menggunakan: 1). Belerang dihaluskan, dicampur kunyit dan minyak kelapa, kemudian dipanaskan dan digosokkan pada kulit yang sakit; 2). Belerang dihaluskan dan dicampur dengan oli bekas dan digosok pada bagian kulit yang sakit dan 3). Kamper/kapur barus digerus, dicampur minyak kelapa dan dioleskan pada bagian kulit yang sakit.
Pencegahan: - Ternak yang berpenyakit kudis tidak boleh bercampur dengan ternak yang sehat; - Ternak yang baru dibeli harus bebas dari penyakit kudis; - Mandikan ternak dua minggu sekali; - Bersihkan kandang seminggu sekali.
Formulasi Sabun Transparan dari VCO
Posted by
Jakes sito
,
at
4:13 PM
Produk hilir minyak kelapa murni (virgin coconut oil/VCO) berupa produk-produk kosmetik telah dikembangkan di negara-negara penghasil kelapa. Di antaranya sampo, krim antiseptik, baby oil, lotion, sabun termasuk sabun transparan, dan sebagainya.
Sabun transparan merupakan salah satu produk kosmetik yang sedang trendy. Pilihan VCO sebagai bahan baku sabun transparan didasarkan pada beberapa keunggulannya termasuk kemampuan antimikroba sehingga baik untuk pemeliharaan kulit atau perawatan tubuh. Belakangan ini penggunaan VCO lebih diarahkan pada perawatan kesehatan dan kosmetika sedangkan minyak kelapa biasa untuk produk pangan.
Para peneliti di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) sudah melakukan penelitian untuk menentukan formulasi dasar sabun transparan dari bahan VCO.
Untuk itu dilakukan pula analisis terhadap beberapa parameter yang dipandang penting yang mengacu pada produk sabun transparan komersial karena standar mutu khusus sabun transparan belum ada pada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sabun mandi.
Informasi BB Pascapanen lebih menyatakan bahwa parameter mutu yang dianalisa adalah kemasaman (pH), karakter kekerasan, kadar asam lemak bebas (free fatty acid/FFA), nilai ketengikan, kadar air, dan bilangan penyabunan.
Mengenai pH, diketahui sabun transparan komersial memiliki pH 9,34. Dalam formulasi sabun transaparan, pH terkait jumlah penggunan basa yang menentukan jumlah penambahan etanol. Semakin banyak basa yang digunakan, akan semakin sedikit etanol yang dapat ditambahkan sehingga pH tetap tinggi.
Karakter kekerasan sabun transparan harus cukup baik sebagai indikasi masa pemakaian yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun komersial berada dalam rangkaian 0,967 hingga 6,867 kg/cm2. Sedangkan mengenai transparansi, sabun akan semakin jernih bila etanol yang digunakan semakin murni.
Sabun transparan merupakan salah satu produk kosmetik yang sedang trendy. Pilihan VCO sebagai bahan baku sabun transparan didasarkan pada beberapa keunggulannya termasuk kemampuan antimikroba sehingga baik untuk pemeliharaan kulit atau perawatan tubuh. Belakangan ini penggunaan VCO lebih diarahkan pada perawatan kesehatan dan kosmetika sedangkan minyak kelapa biasa untuk produk pangan.
Para peneliti di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) sudah melakukan penelitian untuk menentukan formulasi dasar sabun transparan dari bahan VCO.
Untuk itu dilakukan pula analisis terhadap beberapa parameter yang dipandang penting yang mengacu pada produk sabun transparan komersial karena standar mutu khusus sabun transparan belum ada pada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sabun mandi.
Informasi BB Pascapanen lebih menyatakan bahwa parameter mutu yang dianalisa adalah kemasaman (pH), karakter kekerasan, kadar asam lemak bebas (free fatty acid/FFA), nilai ketengikan, kadar air, dan bilangan penyabunan.
Mengenai pH, diketahui sabun transparan komersial memiliki pH 9,34. Dalam formulasi sabun transaparan, pH terkait jumlah penggunan basa yang menentukan jumlah penambahan etanol. Semakin banyak basa yang digunakan, akan semakin sedikit etanol yang dapat ditambahkan sehingga pH tetap tinggi.
Karakter kekerasan sabun transparan harus cukup baik sebagai indikasi masa pemakaian yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun komersial berada dalam rangkaian 0,967 hingga 6,867 kg/cm2. Sedangkan mengenai transparansi, sabun akan semakin jernih bila etanol yang digunakan semakin murni.
PENGENDALIAN NEMATODA PARASIT PADA BENIH PADI
Posted by
Jakes sito
,
at
4:11 PM
A. besseyi tahan terhadap kekeringan dalam waktu beberapa tahun, daur hidupnya pendek dan dapat berlangsung kurang dari satu minggu. (Luc, 2005). Untuk mencegah meluasnya penyebaran nematoda parasit tersebut dapat dilakukan tindakan pencegahan dengan mendeteksi lebih awal keberadaan nematoda parasit tersebut dari benih yang akan ditanam.
Pengendalian nematoda parasit dapat dilakukan dengan perlakuan kimia menggunakan nematisida. Akan tatapi pengendalian yang paling efektif dan aman bagi lingkungan adalah dengan merendam benih dalam air panas.
Sebelumnya benih direndam dulu dalam air dingin selama 18-24 jam, kemudian direndam dalam air panas pada suhu 51-53oC selama 15 menit. Kemudian benih harus dikeringkan pada suhu 30-35oC atau dijemur di terik matahari apabila untuk disimpan/tidak untuk ditebar langsung.
Untuk tujuan karantina tumbuhan di Internasional Rice Research Institute benih direndam di dalam air dingin selama 3 jam dan selanjutnya ke dalam air panas pada suhu 52–57oC selama 15 menit. (Luc, 2005). Perendaman dengan air panas dimaksudkan untuk mengaktifkan nematoda yang dorman di dalam benih padi, sedangkan perendaman dengan air panas dimaksudkan untuk mematikan nematoda.
Dengan melokalisasi tempat penyemaian benih dapat mencegah berkembangnya nematoda tersebut pada pertanaman. Sebelum bibit dipindah ke lokasi pertanaman, dapat diseleksi terlebih dahulu bibit yang terserang dan dimusnahkan.
Kemudian lokasi penyemaian harus diberakan dan air yang ada di lokasi persemaian dicegah agar tidak mengalir ke lokasi pertanaman atau lokasi persemaian lain sehingga perkembangan nematoda parasit dapat dicegah dan tidak terbawa pada produksi benih selanjutnya. Lokasi bekas pertanaman yang terserang A. besseyi harus diberakan dan tidak ditanam dengan tanaman yang menjadi inangnya.
Nematoda parasit Aphelenchoides besseyi tidak hanya terdapat pada padi tapi juga dapat memarasit tanaman lain seperti tanaman rumput-rumputan, ubi-ubian seperti talas dan beberapa tanam hias antara lain bunga krisan, bunga sedap malam (Poliathes tuberosa) dan juga tanaman buah seperti stroberi.
Pengendalian nematoda parasit dapat dilakukan dengan perlakuan kimia menggunakan nematisida. Akan tatapi pengendalian yang paling efektif dan aman bagi lingkungan adalah dengan merendam benih dalam air panas.
Sebelumnya benih direndam dulu dalam air dingin selama 18-24 jam, kemudian direndam dalam air panas pada suhu 51-53oC selama 15 menit. Kemudian benih harus dikeringkan pada suhu 30-35oC atau dijemur di terik matahari apabila untuk disimpan/tidak untuk ditebar langsung.
Untuk tujuan karantina tumbuhan di Internasional Rice Research Institute benih direndam di dalam air dingin selama 3 jam dan selanjutnya ke dalam air panas pada suhu 52–57oC selama 15 menit. (Luc, 2005). Perendaman dengan air panas dimaksudkan untuk mengaktifkan nematoda yang dorman di dalam benih padi, sedangkan perendaman dengan air panas dimaksudkan untuk mematikan nematoda.
Dengan melokalisasi tempat penyemaian benih dapat mencegah berkembangnya nematoda tersebut pada pertanaman. Sebelum bibit dipindah ke lokasi pertanaman, dapat diseleksi terlebih dahulu bibit yang terserang dan dimusnahkan.
Kemudian lokasi penyemaian harus diberakan dan air yang ada di lokasi persemaian dicegah agar tidak mengalir ke lokasi pertanaman atau lokasi persemaian lain sehingga perkembangan nematoda parasit dapat dicegah dan tidak terbawa pada produksi benih selanjutnya. Lokasi bekas pertanaman yang terserang A. besseyi harus diberakan dan tidak ditanam dengan tanaman yang menjadi inangnya.
Nematoda parasit Aphelenchoides besseyi tidak hanya terdapat pada padi tapi juga dapat memarasit tanaman lain seperti tanaman rumput-rumputan, ubi-ubian seperti talas dan beberapa tanam hias antara lain bunga krisan, bunga sedap malam (Poliathes tuberosa) dan juga tanaman buah seperti stroberi.
Wereng, Penyebar Virus Mengancam Produksi Beras Indonesia
Posted by
Jakes sito
,
at
4:10 PM
Bahaya nyata membayangi produksi beras Indonesia karena tipe baru wereng yang tahan pestisida mengancam jutaan hektar tanaman padi.
Prospek gambaran suram produksi beras Indonesia telah diperlihatkan melalui suatu studi yang dilaksanakan oleh IRRI terhadap virus yang menyerang padi di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Studi dilaksanakan tanggal 19-23 Juli 2010 oleh dua peneliti IRRI, R.C. Cabunagan dan I.R. Choi.
Balai Pusat Penelitian Padi Indonesia (BPPPI) di Sukamandi Jawa Barat telah mendeteksi infeksi individual dan gabungan dari Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) and Rice Raged Stunt Virus (RRSV) pada tanaman padi sawah yang ditularkan oleh hama Wereng Batang Coklat (WBC).
Petani setempat yang bekerja di Balai Benih Padi Sang Hyang Seri, yang berlokasi berseberangan dengan BPPPI di Sukamandi, melaporkan bahwa sawahnya terkena serangan virus yang dibawa oleh WBC.
Di Jawa Tengah, beberapa hektar sawah telah hancur terserang Rice Tungro Spherical and Bacilliform Viruses (RTSV and RBSV) yang disebarkan oleh hama wereng hijau daun dan RRSV yang ditularkan oleh Wereng Batang Coklat (WBC).
Survey dilaksanakan sesudah BPPPI menghubungi IRRI akhir Maret 2010 dan melaporkan kerusakan oleh WBC dan telah menyebarkan virus RGSV dan RRSV di Jawa Barat.
Di beberapa plot penelitian para pekerja sedang memindahkan tanaman padi yang memperlihatkan tanda-tanda/gejala terserang virus dan untuk mencegah infeksi virus agar tidak menyebar ke tanaman lainnya. Banyak tanaman yang dilindungi oleh jaringan/kelambu pelindung hama untuk menghindari infeksi selanjutnya, sementara pestisida digunakan di BPPPI terhadap tanaman yang menunjukkan tanda-tanda adanya penyebaran virus RGSV dan RRSV.
Prospek gambaran suram produksi beras Indonesia telah diperlihatkan melalui suatu studi yang dilaksanakan oleh IRRI terhadap virus yang menyerang padi di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Studi dilaksanakan tanggal 19-23 Juli 2010 oleh dua peneliti IRRI, R.C. Cabunagan dan I.R. Choi.
Balai Pusat Penelitian Padi Indonesia (BPPPI) di Sukamandi Jawa Barat telah mendeteksi infeksi individual dan gabungan dari Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) and Rice Raged Stunt Virus (RRSV) pada tanaman padi sawah yang ditularkan oleh hama Wereng Batang Coklat (WBC).
Petani setempat yang bekerja di Balai Benih Padi Sang Hyang Seri, yang berlokasi berseberangan dengan BPPPI di Sukamandi, melaporkan bahwa sawahnya terkena serangan virus yang dibawa oleh WBC.
Di Jawa Tengah, beberapa hektar sawah telah hancur terserang Rice Tungro Spherical and Bacilliform Viruses (RTSV and RBSV) yang disebarkan oleh hama wereng hijau daun dan RRSV yang ditularkan oleh Wereng Batang Coklat (WBC).
Survey dilaksanakan sesudah BPPPI menghubungi IRRI akhir Maret 2010 dan melaporkan kerusakan oleh WBC dan telah menyebarkan virus RGSV dan RRSV di Jawa Barat.
Di beberapa plot penelitian para pekerja sedang memindahkan tanaman padi yang memperlihatkan tanda-tanda/gejala terserang virus dan untuk mencegah infeksi virus agar tidak menyebar ke tanaman lainnya. Banyak tanaman yang dilindungi oleh jaringan/kelambu pelindung hama untuk menghindari infeksi selanjutnya, sementara pestisida digunakan di BPPPI terhadap tanaman yang menunjukkan tanda-tanda adanya penyebaran virus RGSV dan RRSV.
MODEL USAHA AGRIBISNIS TERNAK SAPI POTONG BERSKALA 1 EKOR
Posted by
Jakes sito
,
at
4:08 PM
Kementerian Pertanian telah mencanangkan swasembada daging sapi melalui percepatan tercapai pada tahun 2014. Apapun programnya, tentu actornya adalah pelaku utama dan pelaku usaha yakni para peternak sapi pedaging. Peternak sapi menurut skala usahanya dapat digolongkan menjadi peternakan rakyat dan perusahaan peternakan.
Keduanya dibedakan atas skala usahanya. Keduanya sama-sama memperoleh pembinaan dari pemerintah. Keduanya berkontribusi langsung pada performans produksi peternakan. Bedanya, setelah kita mulai berfikir mengenai agribisnis dengan skala usaha. Pengertiannya, suatu usahatani berorientasi pasar.
Dalam hal ini hampir tidak ada petani yang memelihara sapi pedaging untuk dipotong dan dikonsumsi oleh keluarganya sendiri. Ternak peliharaannya tentu dijual ke pasar. Lantas layakkah secara ekonomis petani memelihara satu ekor ternak sapi ?
Wong memelihara ternak sapi hanya 1 ekor kok disebut agribisnis. Demikian barangkali pertanyaan yang membayang di benak kita. Mereka selalu berfikir sebenarnya berapa ekor break event point (BEP) untuk suatu bisnis ternak sapi potong ? Dengan kepemilikan antara 2 – 4,5 ekor itu sudah layakkah secara bisnis ? Berapa dana penguatan yang harus disediakan untuk setiap unit usaha peternakan ?
KELAYAKAN USAHA
Kelayakan usaha secara sederhana dapat ditilik dari angka output – input rasio. Jika angkanya di atas 1, maka usaha tersebut dapat memperoleh laba. Cara lain dengan menghitung laba bersih, di mana total hasil penjualan dikurangi dengan total biaya, semua biaya yang timbul dalam usaha tersebut yakni biaya tetap dan biaya tidak tetap. Lantas, pada skala usaha 1 ekor, bagaimana mengukur BEP, yaitu tidak merugi dan tidak juga bathi ( Jawa : laba), bak-bok atau impas.
Berikut ini merupakan suatu simulasi dengan mempergunakan referensi sebuah agribisnis ternak sapi potong yang dilakukan oleh peternak di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah. Dengan memelihara ternak sapi satu ekor, biaya yang timbul sebagai berikut :
Biaya Variabel :
- Sapi Bakalan Rp. 5.000.000,-
- Rumput 360 x 2500 Rp. 900.000,-
- Konsentrat 360 x 5000 Rp. 1.800.000,-
- Obat hewan Rp. 270.000,-
- JUMLAH Rp. 7.970.000,-
Keduanya dibedakan atas skala usahanya. Keduanya sama-sama memperoleh pembinaan dari pemerintah. Keduanya berkontribusi langsung pada performans produksi peternakan. Bedanya, setelah kita mulai berfikir mengenai agribisnis dengan skala usaha. Pengertiannya, suatu usahatani berorientasi pasar.
Dalam hal ini hampir tidak ada petani yang memelihara sapi pedaging untuk dipotong dan dikonsumsi oleh keluarganya sendiri. Ternak peliharaannya tentu dijual ke pasar. Lantas layakkah secara ekonomis petani memelihara satu ekor ternak sapi ?
Wong memelihara ternak sapi hanya 1 ekor kok disebut agribisnis. Demikian barangkali pertanyaan yang membayang di benak kita. Mereka selalu berfikir sebenarnya berapa ekor break event point (BEP) untuk suatu bisnis ternak sapi potong ? Dengan kepemilikan antara 2 – 4,5 ekor itu sudah layakkah secara bisnis ? Berapa dana penguatan yang harus disediakan untuk setiap unit usaha peternakan ?
KELAYAKAN USAHA
Kelayakan usaha secara sederhana dapat ditilik dari angka output – input rasio. Jika angkanya di atas 1, maka usaha tersebut dapat memperoleh laba. Cara lain dengan menghitung laba bersih, di mana total hasil penjualan dikurangi dengan total biaya, semua biaya yang timbul dalam usaha tersebut yakni biaya tetap dan biaya tidak tetap. Lantas, pada skala usaha 1 ekor, bagaimana mengukur BEP, yaitu tidak merugi dan tidak juga bathi ( Jawa : laba), bak-bok atau impas.
Berikut ini merupakan suatu simulasi dengan mempergunakan referensi sebuah agribisnis ternak sapi potong yang dilakukan oleh peternak di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah. Dengan memelihara ternak sapi satu ekor, biaya yang timbul sebagai berikut :
Biaya Variabel :
- Sapi Bakalan Rp. 5.000.000,-
- Rumput 360 x 2500 Rp. 900.000,-
- Konsentrat 360 x 5000 Rp. 1.800.000,-
- Obat hewan Rp. 270.000,-
- JUMLAH Rp. 7.970.000,-
Praktek membuat pupuk padat & MOL
Posted by
Jakes sito
,
at
4:06 PM
Praktek pembuatan pupuk padat dan MOL melalui tahapan sebagai berikut :
Pupuk padat (Kompos)
Bahan-bahan :
1) Bahan-bahan organik
2) MOL
3) Larutan gula merah / gula pasir
4) Dedak / bekatul
langkah pertama adalah melakukan pencincangan / pemotongan bahan organik, dalam hal ini yang digunakan dalam praktek adalah batang pisang (gedebok). Tujuannya dengan semakin kecil ukuran bahan-bahan organik tersebut akan mempercepat proses dekomposisi / penghancuran oleh mikro organisme.
Langkah kedua memasukan bahan organik yang telah dicincang tersebut kedalam bak / lobang pembuangan sampah, diaduk-aduk, diratakan dengan ketebalan +- 40 cm.
Langkah ketiga siram bahan organik tersebut dengan air yang dicampur dengan MOL dan larutan gula merah, dengan perbandingan 10 lt air dicampur dengan 1 lt Mol dan 1 lt larutan gula merah (pembuatan larutan gula merah dengan perbandingan 1:1, yaitu : 1 kg gula merah dilarutkan dengan 1 lt air), pastikan larutan tersebut tercampur dengan merata. Proses penyiraman bahan-bahan organik dilakukan sedikit demi sedikit hingga benar-benar merata.
Langkah keempat taburkan tipis-tipis dedak / bekatul diatas bahan yang telah disiram dengan MOL secara merata, setelah itu lakukan penyiraman kembali bahan organik yang telah dilapisi dedak / bekatul tersebut dengan air yang dicampur dengan MOL dan larutan gula merah dengan perbandingan yang sama pada saat penyiraman pertama
angkah terakhir tutup dengan karung bekas, terpal / plastik dan pastikan tertutup secara merata beri pemberat pada bagian atas sehingga tutup tidak akan terbuka jika terkena hujan / angin. setelah 1 bulan kompos tersebut sudah bisa dimasukan kedalam karung (kandi) dan diangin-anginkan.
Mikro organisme lokal (MOL)
Alat yang diperlukan :
1) Toples ukuran 10 lt / lebih
2) Selang ukuran kecil
3) Botol bekas air kemasan (600ml)
Cara membuat :
Beri lubang pada bagian atas tutup toples dan tutup botol bekas air kemasan sesuai besar ukuran selang, setelah itu masukan selang pada tutup toples dan tutup botol bekas air kemasan, untuk selang pada tutup botol bekas air kemasan selang dimasukan cukup dalam hingga hampir dasar botol.
Bahan-bahan :
1) Buah Pepaya 2.5 Kg
2) Air Kelapa muda 2.5 lt
3) Air bekas cucian beras (air leri) 2.5 lt
4) Larutan gula merah / gula putih 2.5 lt
Langkah pertama pembuatan MOL adalah proses pengambilan daging buah pepaya (kulit dan bijinya tidak digunakan), potong kecil-kecil untuk mempermudah proses penumbukan.
kemudian lakukan penumbukan / diblender hingga menjadi seperti bubur.
Langkah ketiga campurkan bahan-bahan pembuat MOL (pepaya, air kelapa, air leri dan larutan gula merah / gula pasir) dalam wadah toples, tutup rapat dan beri air pada botol bekas air kemasan (tidak penuh, sisakan sebagian untuk udara) dengan maksud agar mikro organisme dapat bernafas, sehingga mampu berkembang dengan baik.
Terakhir simpan MOL tersebut ditempat yang teduh / tidak terkena sinar matahari secara langsung, setelah 15 hari MOL sudah jadi. MOL yang sudah jadi berciri : ada gelembung / buih putih dipermukaan dan jika dicium berbau seperti tape / penyeum.
Pengendalian Penyakit Rabies
Posted by
Jakes sito
,
at
4:06 PM
Saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas. Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas.
Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.
Vaksinasi rabies pada manusia direkomendasikan kepada para pelancong yang tinggal atau bepergian ke negara endemik rabies selama lebih dari 30 hari. Vaksinasi pra-penularan tidak begitu saja mencegah penularan rabies, namun vaksinasi pra-penularan ini harus diikuti dengan tindakan pasca-penularan, yaitu dengan pemberian vaksin immunoglobulin untuk rabies.
Selain para pelancong, vaksin rabies juga direkomendasikan kepada orang-orang yang aktivitasnya beresiko untuk tertular rabies, seperti pemburu, penjaga hutan, pekerja laboratorium, breeder anjing, pekerja pemotongan hewan, dan dokter hewan. Orang-orang yang beresiko ini harus secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 2 tahun untuk memeriksakan tingkat kekebalan tubuhnya atau untuk mendapatkan vaksin rabies.
Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penularan rabies adalah dengan melakukan vaksinasi kepada anjing, sebagai agen penular terbesar pada beberapa kasus di beberapa negara sekarang ini.
Namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk peduli kepada anjing-anjing peliharaannya untuk dilakukan vaksinasi anti-rabies dapat menjadi salah satu penyebab kenapa sampai sekarang serangan virus rabies masih saja dijumpai di Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia sampai sekarang masih belum bebas dari terjangkitnya penyakit rabies, bahkan di Bali dianggap sebagai kejadian luar biasa rabies karena untuk pertama kalinya Bali terjangkit wabah rabies.
Dalam hal ini, untuk mencegah penularan rabies ke luar pulau Bali pemerintah berupaya dengan menjadikan pulau Bali sebagai kawasan karantina dengan mencegah keluar masuknya anjing, kucing, atau kera keluar masuk pulau, pemusnahan anjing-anjing liar dan pemberian vaksin terhadap anjing-anjing peliharaan agar tidak tertular rabies dan memberikan vaksin anti rabies pada masyarakat.
Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.
Vaksinasi rabies pada manusia direkomendasikan kepada para pelancong yang tinggal atau bepergian ke negara endemik rabies selama lebih dari 30 hari. Vaksinasi pra-penularan tidak begitu saja mencegah penularan rabies, namun vaksinasi pra-penularan ini harus diikuti dengan tindakan pasca-penularan, yaitu dengan pemberian vaksin immunoglobulin untuk rabies.
Selain para pelancong, vaksin rabies juga direkomendasikan kepada orang-orang yang aktivitasnya beresiko untuk tertular rabies, seperti pemburu, penjaga hutan, pekerja laboratorium, breeder anjing, pekerja pemotongan hewan, dan dokter hewan. Orang-orang yang beresiko ini harus secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 2 tahun untuk memeriksakan tingkat kekebalan tubuhnya atau untuk mendapatkan vaksin rabies.
Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penularan rabies adalah dengan melakukan vaksinasi kepada anjing, sebagai agen penular terbesar pada beberapa kasus di beberapa negara sekarang ini.
Namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk peduli kepada anjing-anjing peliharaannya untuk dilakukan vaksinasi anti-rabies dapat menjadi salah satu penyebab kenapa sampai sekarang serangan virus rabies masih saja dijumpai di Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia sampai sekarang masih belum bebas dari terjangkitnya penyakit rabies, bahkan di Bali dianggap sebagai kejadian luar biasa rabies karena untuk pertama kalinya Bali terjangkit wabah rabies.
Dalam hal ini, untuk mencegah penularan rabies ke luar pulau Bali pemerintah berupaya dengan menjadikan pulau Bali sebagai kawasan karantina dengan mencegah keluar masuknya anjing, kucing, atau kera keluar masuk pulau, pemusnahan anjing-anjing liar dan pemberian vaksin terhadap anjing-anjing peliharaan agar tidak tertular rabies dan memberikan vaksin anti rabies pada masyarakat.
Prospek Tepung Non Terigu
Posted by
Jakes sito
,
at
4:04 PM
Teknologi penepungan umbi-umbian terus berkembang dan makin maju. Mutu tepung yang dihasilkannya tidak kalah dengan tepung terigu. Pasar tepung non terigu pun terus tumbuh membesar.
Tepung jagung adalah salah satu alternatif pengganti tepung terigu untuk industri mie instant. Feri Kusnandar, Dosen Departemen Ilmu Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan tepung jagung bisa menggantikan tepung terigu hingga 35 persen. Bahkan bila industri mie instant mau menambah atau melakukan modifikasi mesinnya maka bisa membuat mie instant 100 persen dari tepung jagung. (baca juga: Tepung Jagung bisa Mensubstitusi Terigu 35 Persen).
Yang lebih sederhana teknologinya dan potensi industri serta pasarnya jauh lebih besar dari tepung jagung adalah tepung singkong atau kasava. Pertimbangannya karena bahan bakunya banyak tersedia. Produksi kasava pada tahun 2000 ditaksir 15,95 juta ton dan pada tahun 2009 jumlah produksi kasava sudah mencapai 22,02 juta ton.
Menurut Rojak (56) pengusaha tepung kasava di Desa Parung Aleng Cikeas, Sukaraja, Bogor, Jawa Barat, untuk satu ton singkong bisa menghasilkan 400 kg tepung kasava. Itu artinya, kalau setengah dari total volume produksi kasava Indonesia tahun 2009 sebesar 22,02 juta ton bisa dihasilkan 8,8 juta ton tepung kasava. Adalah sebuah jumlah yang amat besar bila dibanding impor tepung terigu Indonesia saat ini. (baca juga: Industri Tepung Singkong ala Rojak).
Tiga tahun lalu (2007), diperkirakan konsumsi tepung terigu impor Indonesia mencapai 581.535 ton. Angka itu naik dibanding impor tepung terigu tahun 2003 yang angkanya baru 343.283 ton. Selain itu, Indonesia juga impor gandum, pada 2004 saja Indonesia mengimpor sekitar 4,5 juta ton gandum dan pada 2009 mencapai hampir 6 juta ton. Bila dihitung-hitung konsumsi terigu nasional tahun 2004 sebesar 3.334.108 ton. Masih jauh di bawah potensi produksi tepung kasava Indonesia.
Teknologi penepungan singkong pun sudah berkembang dan tidak lagi konvensional. Cara konvensional (biasa) dalam pembuatan tepung kasava bermula dari pengupasan ubi kayu, lalu dikeringkan dan ditepungkan. Sementara kini sudah ada cara atau teknologi fermentasi atau modifikasi biologi (mocaf). Dengan teknologi ini tepung kasava yang dihasilkan bisa memiliki warna tepung kasava yang indah warnanya, enak baunya dan bisa disimpan dalam jangka waktu hingga 6 bulan. (baca juga: Produksi Tepung Kasava Berkualitas Melalui Proses Fermentasi).
Tepung jagung adalah salah satu alternatif pengganti tepung terigu untuk industri mie instant. Feri Kusnandar, Dosen Departemen Ilmu Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan tepung jagung bisa menggantikan tepung terigu hingga 35 persen. Bahkan bila industri mie instant mau menambah atau melakukan modifikasi mesinnya maka bisa membuat mie instant 100 persen dari tepung jagung. (baca juga: Tepung Jagung bisa Mensubstitusi Terigu 35 Persen).
Yang lebih sederhana teknologinya dan potensi industri serta pasarnya jauh lebih besar dari tepung jagung adalah tepung singkong atau kasava. Pertimbangannya karena bahan bakunya banyak tersedia. Produksi kasava pada tahun 2000 ditaksir 15,95 juta ton dan pada tahun 2009 jumlah produksi kasava sudah mencapai 22,02 juta ton.
Menurut Rojak (56) pengusaha tepung kasava di Desa Parung Aleng Cikeas, Sukaraja, Bogor, Jawa Barat, untuk satu ton singkong bisa menghasilkan 400 kg tepung kasava. Itu artinya, kalau setengah dari total volume produksi kasava Indonesia tahun 2009 sebesar 22,02 juta ton bisa dihasilkan 8,8 juta ton tepung kasava. Adalah sebuah jumlah yang amat besar bila dibanding impor tepung terigu Indonesia saat ini. (baca juga: Industri Tepung Singkong ala Rojak).
Tiga tahun lalu (2007), diperkirakan konsumsi tepung terigu impor Indonesia mencapai 581.535 ton. Angka itu naik dibanding impor tepung terigu tahun 2003 yang angkanya baru 343.283 ton. Selain itu, Indonesia juga impor gandum, pada 2004 saja Indonesia mengimpor sekitar 4,5 juta ton gandum dan pada 2009 mencapai hampir 6 juta ton. Bila dihitung-hitung konsumsi terigu nasional tahun 2004 sebesar 3.334.108 ton. Masih jauh di bawah potensi produksi tepung kasava Indonesia.
Teknologi penepungan singkong pun sudah berkembang dan tidak lagi konvensional. Cara konvensional (biasa) dalam pembuatan tepung kasava bermula dari pengupasan ubi kayu, lalu dikeringkan dan ditepungkan. Sementara kini sudah ada cara atau teknologi fermentasi atau modifikasi biologi (mocaf). Dengan teknologi ini tepung kasava yang dihasilkan bisa memiliki warna tepung kasava yang indah warnanya, enak baunya dan bisa disimpan dalam jangka waktu hingga 6 bulan. (baca juga: Produksi Tepung Kasava Berkualitas Melalui Proses Fermentasi).
Petunjuk Pengunaan Promi untuk Jerami Padi
Posted by
Jakes sito
,
at
3:55 PM
Promi adalah formula mikroba unggul yang mengandung mikroba pemacu pertumbuhan tanaman, pelarut hara terikat tanah, pengendali penyakit tanaman, dan dapat menguraikan limbah organik pertanian /perkebunan. Bahan aktif Promi adalah mikroba unggul asli Indonesia yang telah diseleksi dan diuji di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, yaitu Trichoderma harzianum DT 38, T. pseudokoningii DT 39, Aspergillus sp, dan mikroba pelapuk. Penggunaan Promi sangat luas, antara lain:
* langsung diaplikasikan ke tanah/tanaman,
* untuk memperkaya kompos dengan mikroba yang bermanfaat, dan
* diaplikasikan pada saat pembuatan kompos limbah organik pertanian/perkebunan.
Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi
Bahan:
Jerami, seresah, rumput-rumputan, air dan jika ada kotoran ternak/pupuk kandang.
Peralatan:
Sabit/parang, ember/bak untuk tempat air, ember untuk menyiram aktivator, tali, cetakan dari bambu/kayu, plastik penutup, sekop garpu/cangkul.
Dosis:
Promi terdiri dari 3 bagian, yaitu A, T ,dan Pl. Dosis Promi adalah 0,5 kg (A, T, dan Pl) untuk setiap ton bahan.
A = 170 gr atau 30 sendok makan
T = 170 gr atau 30 sendok makan
Pl = 170 gr atau 30 sendok makan
Tahapan
1. Masukkan air ke dalam bak/ember. Volume air yang diperlukan kurang lebih 300 L untuk setiap 1 m3 bahan.
promi untuk jerami 1
2. Masukkan Promi ke dalam bak sesuai dosis yang diperlukan. Aduk hingga tercampur merata.
promi untuk jerami 1
3. Siapkan cetakan bambu.
promi untuk jerami 1
4. Masukkan jerami lapis demi lapis.
promi untuk jerami 1
5. Siramkan Promi pada setiap lapis secara merata.
promi untuk jerami 1
6. Padatkan setiap lapisan jerami dengan cara diinjak-injak.
promi untuk jerami 1
7. Setelah cetakan penuh, buka cetakan bambu.
promi untuk jerami 1
8. Tutup tumpukan jerami dengan plastik.
promi untuk jerami 1
9. Ikat plastik dengan tali. Beri pemberat pada bagian atas plastik.
promi untuk jerami 1
10. Tumpukan jerami dibiarkan selama 2 – 4 minggu.
Pengamatan:
Setelah inkubasi dua minggu, lakukan pengamatan hingga ke bagian dalam tumpukan. Buka plastik penutup dan amati tumpukan jerami tersebut. Pengomposan berjalan baik apabila:
*
terjadi penurunan tinggi tumpukan
*
jika dipegang terasa panas
*
tidak berbau menyengat
*
tidak kering
*
jerami mulai melunak
Lakukan hal-hal berikut ini:
* Apabila tumpukan tidak panas dan jerami kering, maka tambahkan air secukupnya.
* Apabila berbau menyengat dan tumpukan terlalu basah, maka tancapkan bambu yang telah dilubangi untuk menambah aerasi.
* Jika perlu lakukan pembalikan.
Panen:
Kompos dipanen apabila telah cukup matang. Ciri kompos yang telah matang :
* berwarna coklat kehitam-hitaman,
promi untuk jerami 1
* lunak dan mudah dihancurkan,
promi untuk jerami 1
* suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
* tidak berbau menyengat, dan
* volume menyusut hingga kurang lebih setengahnya.
Aplikasi:
Kompos yang dihasilkan adalah kompos diperkaya yang mengandung mikroba bermanfaat, yaitu: Trichoderma harzianum yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman, T. pseudokoningii yang dapat mengendalikan penyakit tanaman dan Aspergillus sp yang dapat melarutkan fosfat.
Kompos diaplikasikan di tempat jerami tersebut diambil.
* langsung diaplikasikan ke tanah/tanaman,
* untuk memperkaya kompos dengan mikroba yang bermanfaat, dan
* diaplikasikan pada saat pembuatan kompos limbah organik pertanian/perkebunan.
Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi
Bahan:
Jerami, seresah, rumput-rumputan, air dan jika ada kotoran ternak/pupuk kandang.
Peralatan:
Sabit/parang, ember/bak untuk tempat air, ember untuk menyiram aktivator, tali, cetakan dari bambu/kayu, plastik penutup, sekop garpu/cangkul.
Dosis:
Promi terdiri dari 3 bagian, yaitu A, T ,dan Pl. Dosis Promi adalah 0,5 kg (A, T, dan Pl) untuk setiap ton bahan.
A = 170 gr atau 30 sendok makan
T = 170 gr atau 30 sendok makan
Pl = 170 gr atau 30 sendok makan
Tahapan
1. Masukkan air ke dalam bak/ember. Volume air yang diperlukan kurang lebih 300 L untuk setiap 1 m3 bahan.
promi untuk jerami 1
2. Masukkan Promi ke dalam bak sesuai dosis yang diperlukan. Aduk hingga tercampur merata.
promi untuk jerami 1
3. Siapkan cetakan bambu.
promi untuk jerami 1
4. Masukkan jerami lapis demi lapis.
promi untuk jerami 1
5. Siramkan Promi pada setiap lapis secara merata.
promi untuk jerami 1
6. Padatkan setiap lapisan jerami dengan cara diinjak-injak.
promi untuk jerami 1
7. Setelah cetakan penuh, buka cetakan bambu.
promi untuk jerami 1
8. Tutup tumpukan jerami dengan plastik.
promi untuk jerami 1
9. Ikat plastik dengan tali. Beri pemberat pada bagian atas plastik.
promi untuk jerami 1
10. Tumpukan jerami dibiarkan selama 2 – 4 minggu.
Pengamatan:
Setelah inkubasi dua minggu, lakukan pengamatan hingga ke bagian dalam tumpukan. Buka plastik penutup dan amati tumpukan jerami tersebut. Pengomposan berjalan baik apabila:
*
terjadi penurunan tinggi tumpukan
*
jika dipegang terasa panas
*
tidak berbau menyengat
*
tidak kering
*
jerami mulai melunak
Lakukan hal-hal berikut ini:
* Apabila tumpukan tidak panas dan jerami kering, maka tambahkan air secukupnya.
* Apabila berbau menyengat dan tumpukan terlalu basah, maka tancapkan bambu yang telah dilubangi untuk menambah aerasi.
* Jika perlu lakukan pembalikan.
Panen:
Kompos dipanen apabila telah cukup matang. Ciri kompos yang telah matang :
* berwarna coklat kehitam-hitaman,
promi untuk jerami 1
* lunak dan mudah dihancurkan,
promi untuk jerami 1
* suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
* tidak berbau menyengat, dan
* volume menyusut hingga kurang lebih setengahnya.
Aplikasi:
Kompos yang dihasilkan adalah kompos diperkaya yang mengandung mikroba bermanfaat, yaitu: Trichoderma harzianum yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman, T. pseudokoningii yang dapat mengendalikan penyakit tanaman dan Aspergillus sp yang dapat melarutkan fosfat.
Kompos diaplikasikan di tempat jerami tersebut diambil.
Hasil Analisa Kompos Jerami dan Nilai Haranya
Posted by
Jakes sito
,
at
3:52 PM
Kompos jerami memiliki potensi hara yang sangat tinggi. Berikut ini hasil analisa kompos jerami yang dibuat dengan promi dengan waktu pengomposan 3 minggu.
Rasio C/N 18,88
C 35,11%
N 1,86%
P2O5 0,21%
K2O 5,35%
Air 55%
ari data di atas, kompos jerami memiliki kandungan hara setera dengan 41,3kg urea, 5,8 kg SP36, dan 89,17kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton kompos kering.
Menurut Kim and Dale (2004) potensi jerami kurang lebih adalah 1.4 kali dari hasil panennya. Jadi kalau panennya (GKG) sekitar 6 kuintal, jerami keringnya tinggal dikali dengan 1,4. Menurut data dari Deptan (klik di sini) produktivitas padi secara nasional adalah 48,95 ku/ha dan produksi padi nasional pada tahun 2008 adalah sebesar 57,157 juta ton. Dari data ini bisa diperkirakan jumlah jumlah jerami secara nasional yaitu sebesar 80,02 juta ton. Luar biasa besarnya.
Jika jerami ini dibuat kompos dan renemen komposnya adalah 60%, maka dalam satu ha sawah dapat dihasilkan 4,11 ton kompos. Nah, kalau dihitung secara nasional kompos jeraminya adalah sebesar 48,01 juta ton. Bener-bener ruar biasa.
Sekarang coba kita hitung potensi hara jerami ini secara nasional. Hasilnya adalah kompos jerami setera dengan 1,09 juta ton urea, 0,15 juta ton SP36, dan 2,35 juta ton KCl atau 3,6 juta ton NPK. Hebatnya lagi jumlah ini kurang lebih 45% dari komsumsi pupuk nasional pada tahun 2007 untuk pertanian (data lihat di sini). Nilai rupiahnya juga sangat fantatis yaitu Rp. 5,42 trilyun.
Kompos jerami memiliki potensi yang ruar biasa sekali. Yang sangat menyediahkan saya adalah potensi ini disia-siakan begitu saja. Petani lebih suka membakar jerami daripada membuat komps jerami. Lebih parah lagi, pemerintah tidak peduli atau bahkan mengabaikan potensi ini.
Andaikan kompos jerami ini benar-benar dimanfaatkan, berapa jumlah subsidi yang bisa dihemat. Lahan sawah akan semakin subur, petani bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia. Tunggu apa lagi.
Rasio C/N 18,88
C 35,11%
N 1,86%
P2O5 0,21%
K2O 5,35%
Air 55%
ari data di atas, kompos jerami memiliki kandungan hara setera dengan 41,3kg urea, 5,8 kg SP36, dan 89,17kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton kompos kering.
Menurut Kim and Dale (2004) potensi jerami kurang lebih adalah 1.4 kali dari hasil panennya. Jadi kalau panennya (GKG) sekitar 6 kuintal, jerami keringnya tinggal dikali dengan 1,4. Menurut data dari Deptan (klik di sini) produktivitas padi secara nasional adalah 48,95 ku/ha dan produksi padi nasional pada tahun 2008 adalah sebesar 57,157 juta ton. Dari data ini bisa diperkirakan jumlah jumlah jerami secara nasional yaitu sebesar 80,02 juta ton. Luar biasa besarnya.
Jika jerami ini dibuat kompos dan renemen komposnya adalah 60%, maka dalam satu ha sawah dapat dihasilkan 4,11 ton kompos. Nah, kalau dihitung secara nasional kompos jeraminya adalah sebesar 48,01 juta ton. Bener-bener ruar biasa.
Sekarang coba kita hitung potensi hara jerami ini secara nasional. Hasilnya adalah kompos jerami setera dengan 1,09 juta ton urea, 0,15 juta ton SP36, dan 2,35 juta ton KCl atau 3,6 juta ton NPK. Hebatnya lagi jumlah ini kurang lebih 45% dari komsumsi pupuk nasional pada tahun 2007 untuk pertanian (data lihat di sini). Nilai rupiahnya juga sangat fantatis yaitu Rp. 5,42 trilyun.
Kompos jerami memiliki potensi yang ruar biasa sekali. Yang sangat menyediahkan saya adalah potensi ini disia-siakan begitu saja. Petani lebih suka membakar jerami daripada membuat komps jerami. Lebih parah lagi, pemerintah tidak peduli atau bahkan mengabaikan potensi ini.
Andaikan kompos jerami ini benar-benar dimanfaatkan, berapa jumlah subsidi yang bisa dihemat. Lahan sawah akan semakin subur, petani bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia. Tunggu apa lagi.
Pengomposan Jerami
Posted by
Jakes sito
,
at
3:46 PM
Dari Tanah Kembali ke Tanah
Padi atau tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah. Dengan bantuan energi dari sinar matahari, hara dari dalam tanah ditambah dengan CO2 dari udara ini diubah menjadi senyawa komplek untuk membentuk batang, daun, dan bulir-bulir padi/beras. Padi/beras akan dipanen dan dibawa ke tempat lain, sedangkan jerami sisa-sisa panen umumnya dibakar.
Proses ini berlangsung lama. Unsur hara dan bahan organik tanah semakin lama akan semakin habis. Selama ini unsur hara lebih banyak dipenuhi dengan menambahkan pupuk-pupuk kimia anorganik. Bahan-bahan organik yang ada di dalam tanah tidak mendapat perhatian dan kandungannya di dalam tanah semakin menipis.
Jerami yang dihasilkan dari sisa-sisa panen sebaiknya jangan dibakar, tetapi diolah menjadi kompos dan dikembalikan lagi ke tanah. Kompos jerami ini secara bertahap dapat menambah kandungan bahan organik tanah, dan lambat laun akan mengembalikan kesuburan tanah.
Kompos selain dibuat dari jerami dapat juga dibuat dari seresah atau sisa-sisa tanaman lain. Rumput-rumputan, sisa-sisa daun dan batang pisang, atan daun-daun tanaman dapat juga dibuat kompos. Pada prinsipnya semua limbah organik dapat dijadikan kompos.
Batang kayu, bamboo, ranting-ranting pohon, atau tulang juga termasuk bahan organik tetapi sebaiknya tidak ikut dikomposkan dengan jerami. Limbah-limbah ini termasuk limbah organik keras. Meskinpun dapat juga dibuat kompos, namun bahan-bahan ini memerlukan waktu yang lama untuk terdekomposisi.
Waktu Pengomposan
Waktu pengomposan sebaiknya segera setelah panen, yaitu waktu pada saat penyiapan bibit padi hingga sebelum penanaman bibit. Pada saat penyiapan bibit, kompos jerami juga disiapkan. Setelah kompos matang dalam waktu kira-kira satu bulan, kompos bisa segera disebarkan di petak sawah bersamaan dengan pengolahan tanah.
Keunggulan Cara Ini
Mudah. Cara pembuatannya sangat mudah sekali. Semua bahan bisa diperoleh di tempat. Hanya PROMI yang perlu dipesan dulu. Cara ini juga tanpa pencacahan, jadi tidak perlu mesin pencacah atau parang.
Murah. Biaya pembuatannya sangat murah. Bahan-bahan dan alat pendukung lainnya pun bisa menggunakan bahan lain yang lebih murah, jika ada.
Manfaat. Kompos ini tiak diragukan lagi memiliki banyak manfaat. Insya Allah.
Lokasi Pengomposan
Lokasi pengomposan dilakukan di petak sawah yang akan diaplikasi atau dipetak dimana jerami tersebut dipanen. Lokasi sebaiknya dipilih dekat dengan sumber air, karena pembuatan kompos membutuhkan banyak air. Lokasi juga dipikirkan untuk kemudahan saat aplikasi. Jika petak sawah cukup luas, sebaiknya dibuat di beberapa tempat yang terpisah.
Peralatan yang Dibutuhkan
Peralatan yang dibutukan antara lain:
1. Sabit/parang
2. Cetakan yang dibuat dari bambo. Cetakan ini dibuat seperti pagar yang terdiri dari 4 bagian. Dua bagian berukuran 2 x 1 m dan dua bagian yang lain berukuran 1 x 1 m.
3. Ember/bak untuk tempat air.
4. Air yang cukup untuk membasahi jerami.
5. Aktivator pengomposan (Acticomp atau Promi).
6. Ember untuk menyiramkan aktivator.
7. Tali.
8. Plastik penutup. Plastik ini bisa dibuat dari plastik mulsa berwarna hitam (ukuran leber 1 m) yang dibelah sehingga lebernya menjadi 2 m.
Tahapan Pembuatan Kompos Jerami
1. Siapkan bak dan air. Masukkan air ke dalam bak. Kemudian larutkan aktivator sesuai dosis yang diperlukan ke dalam bak air. Aduk hingga aktivator tercampur merata.
2. Siapkan cetakan dari bambo. Pasang cetakan tersebut. Sesuaikan ukuran cetakan dengan jerami dan seresah yang tersedia. Apabila jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m. Namun bila jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.
3. Masukkan satu lapis jermai ke dalam cetakan. Jika tersedia dapat dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau seresah yang berukuran besar dipotong-potong terlebih dahulu dengan parang.
4. Siramkan aktivator yang telah disiapkan merata dipermukaan jerami.
5. Injak-injak agar jerami padat.
6. Tambahkan lagi satu lapis jerami/sereah.
7. Siramkan kembali aktivator ke tumpukan jerami tersebut dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi padat.
8. Ulangi langkah-langkah diatas hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam cetakan.
9. Setelah cetakan penuh, buka tali pengikatnya dan lepaskan cetakannya.
10. Tutup tumpukan jerami tersebut dengan plastic yang telah disiapkan.
11. Ikat plastic dengan tali plastic agar tidak mudah lepas.
12. Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat lain agar plastic tidak tebuka karena angin.
13. Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan perubahan warna tumpukan jerami.
14. Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga kurang lebih satu bulan.
Pengamatan Selama Fermentasi
Selama masa fermentasi akan terjadi proses pelapukan dan penguraian jerami menjadi kompos. Selama waktu fermentasi ini akan terjadi perubahan fisik dan kimiawi jerami. Proses pelapukan ini dapat diamati secara visual antara lain dengan peningkatan suhu, penurunan volume tumpukan jerami, dan perubahan warna.
Suhu tumpukan jerami akan meningkat dengan cepat sehari/dua hari setelah inkubasi. Suhu akan terus meningkat selama beberapa minggu dan suhunya dapat mencapai 65-70 oC. Pada saat suhu meningkat, mikroba akan dengan giat melakukan penguraian/dekomposisi jerami. Akibat penguraian jerami, volume tumpukan jerami akan menyusut. Penyusutan ini dapat mencapai 50% dari volume semula. Sejalan dengan itu wana jerami juga akan berubah menjadi coklat kehitam-hitaman.
Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi peningkatan suhu, atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi kemungkinan proses penguraian mengalami hambatan. Proses penguraian berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Jika hal ini terjadi maka diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini.
Buka plastic penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut. Apakah tumpukan tersebut kering atau ada bagian-bagian yang kering? Apakah tumpukan jerami tersebut terlalu basah? Apakah muncul bau yang kurang sedap? Apakah tumpukan jerami tersebut dingin atau panas?
Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air secukupnya. Kalo perlu lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan muncul bau tidak sedap, lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-bilah bambo yang diberi lubang untuk menambah aerasi.
ompos yang telah cukup matang ditandai dengan adanya perubahan fisik jerami. Perubahan itu antara lain:
* Jerami berwarna coklat kehitam-hitaman,
* lunak dan mudah dihancurkan,
* suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
* tidak berbau menyengat, dan
* volume menyusut hingga setengahnya.
Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.
Padi atau tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah. Dengan bantuan energi dari sinar matahari, hara dari dalam tanah ditambah dengan CO2 dari udara ini diubah menjadi senyawa komplek untuk membentuk batang, daun, dan bulir-bulir padi/beras. Padi/beras akan dipanen dan dibawa ke tempat lain, sedangkan jerami sisa-sisa panen umumnya dibakar.
Proses ini berlangsung lama. Unsur hara dan bahan organik tanah semakin lama akan semakin habis. Selama ini unsur hara lebih banyak dipenuhi dengan menambahkan pupuk-pupuk kimia anorganik. Bahan-bahan organik yang ada di dalam tanah tidak mendapat perhatian dan kandungannya di dalam tanah semakin menipis.
Jerami yang dihasilkan dari sisa-sisa panen sebaiknya jangan dibakar, tetapi diolah menjadi kompos dan dikembalikan lagi ke tanah. Kompos jerami ini secara bertahap dapat menambah kandungan bahan organik tanah, dan lambat laun akan mengembalikan kesuburan tanah.
Kompos selain dibuat dari jerami dapat juga dibuat dari seresah atau sisa-sisa tanaman lain. Rumput-rumputan, sisa-sisa daun dan batang pisang, atan daun-daun tanaman dapat juga dibuat kompos. Pada prinsipnya semua limbah organik dapat dijadikan kompos.
Batang kayu, bamboo, ranting-ranting pohon, atau tulang juga termasuk bahan organik tetapi sebaiknya tidak ikut dikomposkan dengan jerami. Limbah-limbah ini termasuk limbah organik keras. Meskinpun dapat juga dibuat kompos, namun bahan-bahan ini memerlukan waktu yang lama untuk terdekomposisi.
Waktu Pengomposan
Waktu pengomposan sebaiknya segera setelah panen, yaitu waktu pada saat penyiapan bibit padi hingga sebelum penanaman bibit. Pada saat penyiapan bibit, kompos jerami juga disiapkan. Setelah kompos matang dalam waktu kira-kira satu bulan, kompos bisa segera disebarkan di petak sawah bersamaan dengan pengolahan tanah.
Keunggulan Cara Ini
Mudah. Cara pembuatannya sangat mudah sekali. Semua bahan bisa diperoleh di tempat. Hanya PROMI yang perlu dipesan dulu. Cara ini juga tanpa pencacahan, jadi tidak perlu mesin pencacah atau parang.
Murah. Biaya pembuatannya sangat murah. Bahan-bahan dan alat pendukung lainnya pun bisa menggunakan bahan lain yang lebih murah, jika ada.
Manfaat. Kompos ini tiak diragukan lagi memiliki banyak manfaat. Insya Allah.
Lokasi Pengomposan
Lokasi pengomposan dilakukan di petak sawah yang akan diaplikasi atau dipetak dimana jerami tersebut dipanen. Lokasi sebaiknya dipilih dekat dengan sumber air, karena pembuatan kompos membutuhkan banyak air. Lokasi juga dipikirkan untuk kemudahan saat aplikasi. Jika petak sawah cukup luas, sebaiknya dibuat di beberapa tempat yang terpisah.
Peralatan yang Dibutuhkan
Peralatan yang dibutukan antara lain:
1. Sabit/parang
2. Cetakan yang dibuat dari bambo. Cetakan ini dibuat seperti pagar yang terdiri dari 4 bagian. Dua bagian berukuran 2 x 1 m dan dua bagian yang lain berukuran 1 x 1 m.
3. Ember/bak untuk tempat air.
4. Air yang cukup untuk membasahi jerami.
5. Aktivator pengomposan (Acticomp atau Promi).
6. Ember untuk menyiramkan aktivator.
7. Tali.
8. Plastik penutup. Plastik ini bisa dibuat dari plastik mulsa berwarna hitam (ukuran leber 1 m) yang dibelah sehingga lebernya menjadi 2 m.
Tahapan Pembuatan Kompos Jerami
1. Siapkan bak dan air. Masukkan air ke dalam bak. Kemudian larutkan aktivator sesuai dosis yang diperlukan ke dalam bak air. Aduk hingga aktivator tercampur merata.
2. Siapkan cetakan dari bambo. Pasang cetakan tersebut. Sesuaikan ukuran cetakan dengan jerami dan seresah yang tersedia. Apabila jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m. Namun bila jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.
3. Masukkan satu lapis jermai ke dalam cetakan. Jika tersedia dapat dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau seresah yang berukuran besar dipotong-potong terlebih dahulu dengan parang.
4. Siramkan aktivator yang telah disiapkan merata dipermukaan jerami.
5. Injak-injak agar jerami padat.
6. Tambahkan lagi satu lapis jerami/sereah.
7. Siramkan kembali aktivator ke tumpukan jerami tersebut dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi padat.
8. Ulangi langkah-langkah diatas hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam cetakan.
9. Setelah cetakan penuh, buka tali pengikatnya dan lepaskan cetakannya.
10. Tutup tumpukan jerami tersebut dengan plastic yang telah disiapkan.
11. Ikat plastic dengan tali plastic agar tidak mudah lepas.
12. Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat lain agar plastic tidak tebuka karena angin.
13. Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan perubahan warna tumpukan jerami.
14. Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga kurang lebih satu bulan.
Pengamatan Selama Fermentasi
Selama masa fermentasi akan terjadi proses pelapukan dan penguraian jerami menjadi kompos. Selama waktu fermentasi ini akan terjadi perubahan fisik dan kimiawi jerami. Proses pelapukan ini dapat diamati secara visual antara lain dengan peningkatan suhu, penurunan volume tumpukan jerami, dan perubahan warna.
Suhu tumpukan jerami akan meningkat dengan cepat sehari/dua hari setelah inkubasi. Suhu akan terus meningkat selama beberapa minggu dan suhunya dapat mencapai 65-70 oC. Pada saat suhu meningkat, mikroba akan dengan giat melakukan penguraian/dekomposisi jerami. Akibat penguraian jerami, volume tumpukan jerami akan menyusut. Penyusutan ini dapat mencapai 50% dari volume semula. Sejalan dengan itu wana jerami juga akan berubah menjadi coklat kehitam-hitaman.
Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi peningkatan suhu, atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi kemungkinan proses penguraian mengalami hambatan. Proses penguraian berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Jika hal ini terjadi maka diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini.
Buka plastic penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut. Apakah tumpukan tersebut kering atau ada bagian-bagian yang kering? Apakah tumpukan jerami tersebut terlalu basah? Apakah muncul bau yang kurang sedap? Apakah tumpukan jerami tersebut dingin atau panas?
Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air secukupnya. Kalo perlu lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan muncul bau tidak sedap, lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-bilah bambo yang diberi lubang untuk menambah aerasi.
ompos yang telah cukup matang ditandai dengan adanya perubahan fisik jerami. Perubahan itu antara lain:
* Jerami berwarna coklat kehitam-hitaman,
* lunak dan mudah dihancurkan,
* suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
* tidak berbau menyengat, dan
* volume menyusut hingga setengahnya.
Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.
Menjadikan EM-4 Teman Setia Petani
Posted by
Jakes sito
,
at
3:41 PM
Hingga kini, masih banyak pelaku usaha pertanian di level grass root (petani, peternak, dan pembudidaya ikan) yang kurang atau tidak mengetahui apa itu effective microorganism (EM). Padahal kumpulan mikroorganisme yang baik itu memiliki banyak manfaat untuk memacu produktivitas pertanian / perikanan / peternakan, mampu mengatasi permasalahan kebersihan dan kesehatan lingkungan, bahkan bisa dijadikan bahan baku pembuatan pupuk organik atau bokashi.
GUGATAN ini pernah disampaikan beberapa teman penulis di forum Agromania. Apabila EM-4 disosialisasikan lebih gencar, tentu kesejahteraan petani, peternak, dan pembudidaya ikan di Indonesia bisa lebih baik daripada sekarang. Para elit pun tidak perlu berebut saling mengklaim ’’keberhasilan’’ mereka dalam pembangunan pertanian-kompleks di negeri ini.
Sebenarnya EM sudah lama dikenal di Indonesia. Penemunya, Prof Dr Teruo Higa dari University of The Ryukyus Okinawa (Jepang), sudah membeberkan hasil temuannya pada awal 1980-an. Sebelumnya, selama hampir 20 tahun, Prof Teruo Higa meneliti kehidupan mikroorganisme efektif dan bermanfaat.
Penggunaan EM terbukti dapat memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba penyebab penyakit, memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman, memacu produktivitas ternak dan ikan, serta bisa memperbaiki kualitas air sungai, danau, dan pantai.
Intinya, EM merupakan bioteknologi yang sangat ramah lingkungan, sekaligus mengurangi biaya produksi serta menghasilkan bahan-bahan yang tidak terkontaminasi bahan kimia. Tidak heran jika 160 negara di dunia telah mengaplikasikannya, termasuk Indonesia.
Kalau diurutkan sejak 1980-an, EM hadir dengan berbagai merek dagang, mulai dari EM Master, EM-1, EM-2, EM-3, dan EM-4. Apa sih perbedaannya? Perbedaan hanya terletak pada jumlah dan komposisi mikroorganisme yang menyusunnya.
Semua jenis formula EM terdiri atas lima kelompok mikroorganisme, yakni bakteri fotosintetik, lactobacillus (bakteri asam laktat), actinomycetes, ragi, dan cendawan fermentasi. EM-4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya mengandung 90 persen lactobacillus. Apabila diurai, EM-4 terdiri atas 80 spesies dari 10 genus.
Beberapa Aplikasi Aplikasi EM-4 di bidang pertanian (termasuk perkebunan) membawa segudang manfaat. Antara lain memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, mempercepat proses fermentasi dalam pembuatan kompos, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, bisa menekan aktivitas hama dan mikroorganisme patogen, serta meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman.
Biasanya EM-4 dijual dalam bentuk cair, berwarna cokelat kekuningan, dan berbau asam. Jika belum digunakan, EM-4 berada dalam kondisi istirahat (dorman).
Namun kalau sudah dituang ke dalam bahan organik, maupun disemprotkan ke tanah atau tanaman, zat ini menjadi aktif dan langsung memfermentasi bahan-bahan organik (misal sisa tanaman, kompos, pupuk kandang) dalam tanah.
Hasil fermentasi ini adalah senyawa organik yang mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman. Itu sebabnya, tanaman tumbuh subur dan sehat.
Selain mendekomposisi bahan organik dalam tanah, EM-4 juga merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Misalnya bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfat dan mikoriza.
Aplikasi di bidang perikanan juga terbukti meningkatkan pertahanan tubuh ikan/udang, meningkatkan pertumbuhan ukuran ikan/udang(bahkan menyeragamkan ukuran), serta meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat mengurangi pengunaan antibiotik.
EM-4 juga bisa menciptakan efisiensi energi dan pengelolaan kualitas air, mempertahankan kualitas lingkungan, serta menjaga keseimbangan mikroorganisme.
Mencegah Bau Sedangkan aplikasi di bidang peternakan membawa beberapa keuntungan yang signifikan. Antara lain mengurangi stres pada hewan ternak, meningkatkan mutu dan produktivitas (daging dan telur), memperbaiki dan me-ningkatkan kesehatan ternak, menekan angka kematian bibit, memperbaiki kesuburan ternak, dan menyeimbangkan mikroorganisme yang menguntungkan dalam perut ternak.
Bahkan penggunaan EM-4 bisa mencegah bau tak sedap pada kotoran ternak. Bau tak sedap pada kandang otomatis hilang. Jumlah lalat atau serangga pengganggu ternak pun berkurang, sehingga ternak lebih sehat dan produktif.
Prinsipnya, EM-4 mampu memperbaiki jasad renik di dalam saluran pencernaan ternak sehingga derajat kesehatannya meningkat, tidak mudah stres, dan bau kotoran berkurang drastis.
Cara pemberiannya bisa dicampurkan ke dalam pakan ternak atau air minum. Karena aromanya asam-ma-nis, ternak pun mengalami peningkatan nafsu makan. Jangan khawatir, EM-4 tidak mengandung bahan kimia sehingga sangat aman bagi ternak.
Melihat begitu besar manfaatnya, pemerintah melalui departemen, dinas, dan instansi terkait seharusnya bisa lebih mengoptimalkan pemanfaatan EM-4 kepada masyarakat luas.
Fakta ini perlu disampaikan, mengingat masih banyak kalangan petani, peternak, dan pembudidaya ikan yang hingga kini belum tahu apa itu EM-4.
GUGATAN ini pernah disampaikan beberapa teman penulis di forum Agromania. Apabila EM-4 disosialisasikan lebih gencar, tentu kesejahteraan petani, peternak, dan pembudidaya ikan di Indonesia bisa lebih baik daripada sekarang. Para elit pun tidak perlu berebut saling mengklaim ’’keberhasilan’’ mereka dalam pembangunan pertanian-kompleks di negeri ini.
Sebenarnya EM sudah lama dikenal di Indonesia. Penemunya, Prof Dr Teruo Higa dari University of The Ryukyus Okinawa (Jepang), sudah membeberkan hasil temuannya pada awal 1980-an. Sebelumnya, selama hampir 20 tahun, Prof Teruo Higa meneliti kehidupan mikroorganisme efektif dan bermanfaat.
Penggunaan EM terbukti dapat memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba penyebab penyakit, memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman, memacu produktivitas ternak dan ikan, serta bisa memperbaiki kualitas air sungai, danau, dan pantai.
Intinya, EM merupakan bioteknologi yang sangat ramah lingkungan, sekaligus mengurangi biaya produksi serta menghasilkan bahan-bahan yang tidak terkontaminasi bahan kimia. Tidak heran jika 160 negara di dunia telah mengaplikasikannya, termasuk Indonesia.
Kalau diurutkan sejak 1980-an, EM hadir dengan berbagai merek dagang, mulai dari EM Master, EM-1, EM-2, EM-3, dan EM-4. Apa sih perbedaannya? Perbedaan hanya terletak pada jumlah dan komposisi mikroorganisme yang menyusunnya.
Semua jenis formula EM terdiri atas lima kelompok mikroorganisme, yakni bakteri fotosintetik, lactobacillus (bakteri asam laktat), actinomycetes, ragi, dan cendawan fermentasi. EM-4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya mengandung 90 persen lactobacillus. Apabila diurai, EM-4 terdiri atas 80 spesies dari 10 genus.
Beberapa Aplikasi Aplikasi EM-4 di bidang pertanian (termasuk perkebunan) membawa segudang manfaat. Antara lain memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, mempercepat proses fermentasi dalam pembuatan kompos, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, bisa menekan aktivitas hama dan mikroorganisme patogen, serta meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman.
Biasanya EM-4 dijual dalam bentuk cair, berwarna cokelat kekuningan, dan berbau asam. Jika belum digunakan, EM-4 berada dalam kondisi istirahat (dorman).
Namun kalau sudah dituang ke dalam bahan organik, maupun disemprotkan ke tanah atau tanaman, zat ini menjadi aktif dan langsung memfermentasi bahan-bahan organik (misal sisa tanaman, kompos, pupuk kandang) dalam tanah.
Hasil fermentasi ini adalah senyawa organik yang mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman. Itu sebabnya, tanaman tumbuh subur dan sehat.
Selain mendekomposisi bahan organik dalam tanah, EM-4 juga merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Misalnya bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfat dan mikoriza.
Aplikasi di bidang perikanan juga terbukti meningkatkan pertahanan tubuh ikan/udang, meningkatkan pertumbuhan ukuran ikan/udang(bahkan menyeragamkan ukuran), serta meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat mengurangi pengunaan antibiotik.
EM-4 juga bisa menciptakan efisiensi energi dan pengelolaan kualitas air, mempertahankan kualitas lingkungan, serta menjaga keseimbangan mikroorganisme.
Mencegah Bau Sedangkan aplikasi di bidang peternakan membawa beberapa keuntungan yang signifikan. Antara lain mengurangi stres pada hewan ternak, meningkatkan mutu dan produktivitas (daging dan telur), memperbaiki dan me-ningkatkan kesehatan ternak, menekan angka kematian bibit, memperbaiki kesuburan ternak, dan menyeimbangkan mikroorganisme yang menguntungkan dalam perut ternak.
Bahkan penggunaan EM-4 bisa mencegah bau tak sedap pada kotoran ternak. Bau tak sedap pada kandang otomatis hilang. Jumlah lalat atau serangga pengganggu ternak pun berkurang, sehingga ternak lebih sehat dan produktif.
Prinsipnya, EM-4 mampu memperbaiki jasad renik di dalam saluran pencernaan ternak sehingga derajat kesehatannya meningkat, tidak mudah stres, dan bau kotoran berkurang drastis.
Cara pemberiannya bisa dicampurkan ke dalam pakan ternak atau air minum. Karena aromanya asam-ma-nis, ternak pun mengalami peningkatan nafsu makan. Jangan khawatir, EM-4 tidak mengandung bahan kimia sehingga sangat aman bagi ternak.
Melihat begitu besar manfaatnya, pemerintah melalui departemen, dinas, dan instansi terkait seharusnya bisa lebih mengoptimalkan pemanfaatan EM-4 kepada masyarakat luas.
Fakta ini perlu disampaikan, mengingat masih banyak kalangan petani, peternak, dan pembudidaya ikan yang hingga kini belum tahu apa itu EM-4.
TRICHODERMA
Posted by
Jakes sito
,
at
3:38 PM
Pupuk merupakan bahan tambahan yang diberikan ke tanah untuk tujuan memperkaya atau meningkatkan kondisi kesuburan tanah baik khemis, fisis maupun biologisnya. Kesuburan kimia tanah dinilai dari kandungan ion mineral dan kapasitas pertukaran kationnya untuk menyediakan makanan siap saji bagi tanaman. Kesuburan fisis adalah keadaan tanah yang tidak compact atau gembur sehingga menyediakan aerasi dan drainase yang baik dan tidak menyiksa akar tanaman. Sedangkan kesuburan biologis tanah juga sangat penting, kandungan mikroorganisme tanah yang mendukung proses penguraian bahan organik menjadi mineral anorganik adalah definisi kesuburan biologis tanah.
Perbaikan kondisi kesuburan tanah yang paling praktis adalah dengan penambahan pupuk ke tanah. Namun perlu diperhatikan keseimbangan kesuburan tanah sehingga pupuk yang diberikan dapat efektif dan efisien. Penambahan pupuk anorganik yang menyediakan ion mineral siap saji saja akan merusak kesuburan fisis tanah, dimana tanah menjadi keras dan kompak. Dengan demikian, aplikasi pupuk organik akan sangat memperbaiki kondisi tanah. Sayang pupuk organik lebih lambat untuk terurai menjadi ion mineral, apalagi jika aplikasinya hanya berupa penambahan bahan organik mentah saja. Maka dari itu kandungan mokroorganisme tanah juga perlu diperkaya untuk mempercepat dekomposisi, sehingga kesuburan tanah dapat terjaga.
Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah adalah jamur Trichoderma sp. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan. Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae, dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida, Trichoderma dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll.
Pupuk biologis Trichoderma dapat dibuat dengan inokulasi biakan murni pada media aplikatif, misalnya dedak. Sedangkan biakan murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media PDA (Potato Dextrose Agar). Isolasi banyak dilakukan oleh kalangan peneliti maupun produsen pupuk, tetapi masih terlalu merepotkan untuk diadopsi oleh petani. Sebagai petani, untuk lebih efisiennya dapat memproduksi pupuk biologis yang siap aplikasi saja, sehingga hanya perlu membeli dan memperbanyak sendiri biakan murninya dan diinokulasikan pada media aplikatif. Atau jika menginginkan kepraktisan dapat membeli pupuk yang siap tebar untuk setiap kali aplikasi.
Pembuatan pupuk biologis Trichoderma sangat sederhana, seperti berikut ini:
A. Bahan
Biakan murni Trichoderma sp. (kami menggunakan T. harzianum dan atau T. lactae). Media aplikatif, dapat berupa dedak karena murah dan mudah didapat. Selain dedak dapat juga tepung agar, beras, ataupun jagung giling, namun beberapa pilihan ini kurang ekonomis untuk dipergunakan. Air.
B. Alat
Alat pensteril media, dapat berupa pengkukus atau dandang. Plastik hampar dan tempat rata untuk inokulasi dan inkubasi.
C.Cara Pembuatan
Dedak dibasahi dengan air sampai kelembaban yang cukup, tidak terlalu basah (jika dipegang lembab tetapi air tidak sampai menetes). Media dedak distreilkan dengan cara mengkukusnya selama 1 jam. Setelah didinginkan, diinokulasi dengan biakan murni Trichoderma pada hamparan plastik, untuk 1 tabung reaksi biakan nurni dapat digunakan untuk inokulasi 10 Kg media dedak. Setelah inokulasi, hamparan media ditutup kembali dengan plastik, dan diingkubasikan selama 1 minggu sampai spora berkembang maksimal. Tempat inokulasi dan inkubasi diusahakan rata dan teduh, tidak lembab apalagi basah, usahakan didalam ruangan. Selesai inkubasi, pupuk dapat segera diplikasikan ke areal pertanaman ataupun disimpan. Dosis yang dapat digunakan 1 – 2 sendok makan per batang tanaman (untuk vanili). Selain pada petanaman dewasa, pupuk Trichoderma dapat pula digunakan dalam pembibitan, maupun penanaman awal dan pindah tanam.
Perbaikan kondisi kesuburan tanah yang paling praktis adalah dengan penambahan pupuk ke tanah. Namun perlu diperhatikan keseimbangan kesuburan tanah sehingga pupuk yang diberikan dapat efektif dan efisien. Penambahan pupuk anorganik yang menyediakan ion mineral siap saji saja akan merusak kesuburan fisis tanah, dimana tanah menjadi keras dan kompak. Dengan demikian, aplikasi pupuk organik akan sangat memperbaiki kondisi tanah. Sayang pupuk organik lebih lambat untuk terurai menjadi ion mineral, apalagi jika aplikasinya hanya berupa penambahan bahan organik mentah saja. Maka dari itu kandungan mokroorganisme tanah juga perlu diperkaya untuk mempercepat dekomposisi, sehingga kesuburan tanah dapat terjaga.
Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah adalah jamur Trichoderma sp. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan. Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae, dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida, Trichoderma dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll.
Pupuk biologis Trichoderma dapat dibuat dengan inokulasi biakan murni pada media aplikatif, misalnya dedak. Sedangkan biakan murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media PDA (Potato Dextrose Agar). Isolasi banyak dilakukan oleh kalangan peneliti maupun produsen pupuk, tetapi masih terlalu merepotkan untuk diadopsi oleh petani. Sebagai petani, untuk lebih efisiennya dapat memproduksi pupuk biologis yang siap aplikasi saja, sehingga hanya perlu membeli dan memperbanyak sendiri biakan murninya dan diinokulasikan pada media aplikatif. Atau jika menginginkan kepraktisan dapat membeli pupuk yang siap tebar untuk setiap kali aplikasi.
Pembuatan pupuk biologis Trichoderma sangat sederhana, seperti berikut ini:
A. Bahan
Biakan murni Trichoderma sp. (kami menggunakan T. harzianum dan atau T. lactae). Media aplikatif, dapat berupa dedak karena murah dan mudah didapat. Selain dedak dapat juga tepung agar, beras, ataupun jagung giling, namun beberapa pilihan ini kurang ekonomis untuk dipergunakan. Air.
B. Alat
Alat pensteril media, dapat berupa pengkukus atau dandang. Plastik hampar dan tempat rata untuk inokulasi dan inkubasi.
C.Cara Pembuatan
Dedak dibasahi dengan air sampai kelembaban yang cukup, tidak terlalu basah (jika dipegang lembab tetapi air tidak sampai menetes). Media dedak distreilkan dengan cara mengkukusnya selama 1 jam. Setelah didinginkan, diinokulasi dengan biakan murni Trichoderma pada hamparan plastik, untuk 1 tabung reaksi biakan nurni dapat digunakan untuk inokulasi 10 Kg media dedak. Setelah inokulasi, hamparan media ditutup kembali dengan plastik, dan diingkubasikan selama 1 minggu sampai spora berkembang maksimal. Tempat inokulasi dan inkubasi diusahakan rata dan teduh, tidak lembab apalagi basah, usahakan didalam ruangan. Selesai inkubasi, pupuk dapat segera diplikasikan ke areal pertanaman ataupun disimpan. Dosis yang dapat digunakan 1 – 2 sendok makan per batang tanaman (untuk vanili). Selain pada petanaman dewasa, pupuk Trichoderma dapat pula digunakan dalam pembibitan, maupun penanaman awal dan pindah tanam.
Aplikasi EM Pada Lingkungan
Posted by
Jakes sito
,
at
3:29 PM
Pengolahan Limbah Organik Cair
Pengolahan limbah dengan teknologi EM merupakan cara pengolahan limbah secara biologis, yaitu melalui proses fermentasi. Fermentasi tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan mikroorganisme efektif untuk aktif dan berkembangbiak lebih banyak sehingga dapat bekerja dengan efisien dan optimal sebelum dituangkan ke IPAL.
Campurkan EM-4 + Molase + air bersih (1 : 1 : 18) secara merata kemudian fermentasi selama 5-7 hari, lalu tuangkan pada limbah secara kontinyu sesuai dengan debit air limbah masuk (inlet), kemudian diberikan perlakuan mekanis dengan aerator/blower sederhana. Untuk memperoleh hasil yang bagus, penambahan larutan EM-4 dapat dilakukan setiap hari.
Pengolahan Limbah (Sampah) Organik Padat
EM Bokashi Padat
Cara Pembuatan Bokashi Padat Sampah : Campurkan sampah organik dan bahan organik lainnya secara merata, kemudian tuang larutan EM-4 berangsur dan merata. Kandungan air semestinya berkisar antara 30–40 % dan suhu dipertahankan < 50°C. Selanjutnya fermentasi sekitar 5–7 hari dalam keadaan tertutup. Lakukan pengadukan/pembalikan apabila suhu > 50°C. Pupuk sudah matang dan siap digunakan bila memberikan bau khas yang sedap dan ditumbuhi jamur putih. Bila berbau busuk, maka pembuatan bokashi tidak berhasil atau gagal.
EMBokashiCair
Cara Pembuatan Bokashi Cair : Campurkan 1 liter EM4 + 1 liter Molase + 100 liter air + bahan organik lainnya secara merata kemudian fermentasi selama 5-7 hari. Lakukan pengadukan setiap hari sampai kandungan gasnya habis. Selanjutnya campurkan 1 liter EM bokashi cair dengan 10 liter air dan disiramkan pada tanaman, tanah atau bahan organik. Lakukan secara teratur 1–2 minggu sekali.
Dari kemampuan yang dimiliki oleh EM maka teknologi EM dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan dibidang lingkungan seperti :
1. Pengolahan Limbah Rumah Tangga
* Siramkan larutan EM Aktif dengan konsentrasi 1-10 cc per liter pada got, closet, tempat cuci piring, dll. Untuk mengurangi bau yang kurang sedap, lakukan setiap saat (sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu).
* Kumpulkan limbah dapur dalam ember yang berisi saringan dibawahnya, taburi dengan bokashi setiap hari sampai ember tersebut penuh. Limbah padat setelah seminggu akan menjadi bokashi siap pakai dan air leached diencerkan lagi untuk menyiram tanaman di pekarangan.
2. Pengolahan Limbah Padat Pada ternak
* Kumpulkan limbah ternak (kotoran dan sisa pakan ternak), siramkan larutan EM Aktif dengan konsentrasi 1-10% sebanyak 1 liter per m3. Bau busuk limbah akan tertekan dan setelah satu minggu limbah tersebut dapat dipergunakan untuk memupuk tanaman.
3. Pengolahan Limbah Cair.
* Limbah cair dari kencing ternak ditampung, dicampur dengan EM dan molase diencerkan dengan air 20 kali difermentasi selama seminggu. Limbah cair ini akan menjadi bokashi cair, untuk menyiram tanaman setelah diencerkan 500-1000 kali dari volume semula.
4. Penyiraman di TPA
* Siramkan EM Aktif dengan konsentrasi 1-2 per seribu (1-2 liter per m3 air) pagi dan sore hari. Bau busuk berangsur-angsur berkurang, populasi lalat, kecoa dan serangga lainnya juga akan menurun.
5. Memperbaiki Kualitas Air Sungai, Danau, Pantai, dll.
* Siramkan EM Aktif secara berkesinambungan
* Lemparkan Bokashi Dango (Bokashi tanah liat) kedalam sungai, danau, pantai.
Manfaatnya :
* Air sungai menjadi jernih, Lumpur tergerus dan bau busuk berkurang.
Air laut jernih, biota laut (Phyto dan Zoo Plangton tambah baik, kerang-kerangan, ikan berkembang dengan baik.
Pengolahan limbah dengan teknologi EM merupakan cara pengolahan limbah secara biologis, yaitu melalui proses fermentasi. Fermentasi tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan mikroorganisme efektif untuk aktif dan berkembangbiak lebih banyak sehingga dapat bekerja dengan efisien dan optimal sebelum dituangkan ke IPAL.
Campurkan EM-4 + Molase + air bersih (1 : 1 : 18) secara merata kemudian fermentasi selama 5-7 hari, lalu tuangkan pada limbah secara kontinyu sesuai dengan debit air limbah masuk (inlet), kemudian diberikan perlakuan mekanis dengan aerator/blower sederhana. Untuk memperoleh hasil yang bagus, penambahan larutan EM-4 dapat dilakukan setiap hari.
Pengolahan Limbah (Sampah) Organik Padat
EM Bokashi Padat
Cara Pembuatan Bokashi Padat Sampah : Campurkan sampah organik dan bahan organik lainnya secara merata, kemudian tuang larutan EM-4 berangsur dan merata. Kandungan air semestinya berkisar antara 30–40 % dan suhu dipertahankan < 50°C. Selanjutnya fermentasi sekitar 5–7 hari dalam keadaan tertutup. Lakukan pengadukan/pembalikan apabila suhu > 50°C. Pupuk sudah matang dan siap digunakan bila memberikan bau khas yang sedap dan ditumbuhi jamur putih. Bila berbau busuk, maka pembuatan bokashi tidak berhasil atau gagal.
EMBokashiCair
Cara Pembuatan Bokashi Cair : Campurkan 1 liter EM4 + 1 liter Molase + 100 liter air + bahan organik lainnya secara merata kemudian fermentasi selama 5-7 hari. Lakukan pengadukan setiap hari sampai kandungan gasnya habis. Selanjutnya campurkan 1 liter EM bokashi cair dengan 10 liter air dan disiramkan pada tanaman, tanah atau bahan organik. Lakukan secara teratur 1–2 minggu sekali.
Dari kemampuan yang dimiliki oleh EM maka teknologi EM dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan dibidang lingkungan seperti :
1. Pengolahan Limbah Rumah Tangga
* Siramkan larutan EM Aktif dengan konsentrasi 1-10 cc per liter pada got, closet, tempat cuci piring, dll. Untuk mengurangi bau yang kurang sedap, lakukan setiap saat (sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu).
* Kumpulkan limbah dapur dalam ember yang berisi saringan dibawahnya, taburi dengan bokashi setiap hari sampai ember tersebut penuh. Limbah padat setelah seminggu akan menjadi bokashi siap pakai dan air leached diencerkan lagi untuk menyiram tanaman di pekarangan.
2. Pengolahan Limbah Padat Pada ternak
* Kumpulkan limbah ternak (kotoran dan sisa pakan ternak), siramkan larutan EM Aktif dengan konsentrasi 1-10% sebanyak 1 liter per m3. Bau busuk limbah akan tertekan dan setelah satu minggu limbah tersebut dapat dipergunakan untuk memupuk tanaman.
3. Pengolahan Limbah Cair.
* Limbah cair dari kencing ternak ditampung, dicampur dengan EM dan molase diencerkan dengan air 20 kali difermentasi selama seminggu. Limbah cair ini akan menjadi bokashi cair, untuk menyiram tanaman setelah diencerkan 500-1000 kali dari volume semula.
4. Penyiraman di TPA
* Siramkan EM Aktif dengan konsentrasi 1-2 per seribu (1-2 liter per m3 air) pagi dan sore hari. Bau busuk berangsur-angsur berkurang, populasi lalat, kecoa dan serangga lainnya juga akan menurun.
5. Memperbaiki Kualitas Air Sungai, Danau, Pantai, dll.
* Siramkan EM Aktif secara berkesinambungan
* Lemparkan Bokashi Dango (Bokashi tanah liat) kedalam sungai, danau, pantai.
Manfaatnya :
* Air sungai menjadi jernih, Lumpur tergerus dan bau busuk berkurang.
Air laut jernih, biota laut (Phyto dan Zoo Plangton tambah baik, kerang-kerangan, ikan berkembang dengan baik.
BIOTEKNOLOGI MIKROBA UNTUK PERTANIAN ORGANIK
Posted by
Jakes sito
,
at
3:24 PM
Alasan kesehatan dan kelestarian alam/lingkungan menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari segala asupan yang berbau sintetik, baik berupa pupuk sintetik, herbisida, maupun pestisida sintetik. Namun, petani sering mengeluhkan hasil produksi pertanian organik yang produktivitasnya cenderung rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama. Masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan bioteknologi berbasis mikroba yang diambil dari sumber-sumber kekayaan hayati non sintetik.
Tanah adalah habitat yang sangat kaya akan keragaman mikroorganisme seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah-tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba-mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian. Mikroba tanah antara lain berperan dalam mendegradasi limbah-limbah organik pertanian, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen dari udara, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan tanaman, biokontrol patogen tanaman, membantu penyerapan unsur hara tanaman, dan membentuk simbiosis menguntungan. Bioteknologi berbasis mikroba tanah dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran penting mikroba tanah tersebut.
Teknologi Kompos Bioaktif
Salah satu masalah mendasar yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik adalah kandungan bahan organik tanah dan status hara tanah yang rendah. Petani organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Pupuk hijau dan pupuk kandang sebenarnya adalah limbah-limbah organik yang telah mengalami penghacuran sehingga menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Limbah organik seperti sampah dedaunan, seresah, kotoran-kotoran binatang ternak tidak bisa langsung diberikan ke tanaman. Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Secara alami proses pengkomposan ini memakan waktu yang sangat lama, berkisar antara enam bulan hingga setahun sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman.
Proses penghancuran limbah organik dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) yang memiliki kemampuan tinggi. Penggunaan mikroba penghancur ini dapat mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Di pasaran saat ini banyak tersedia produk-produk biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya: SuperDec, OrgaDec, EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain.
Dr. Didiek H Goenadi, Direktur Eksekutif Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, mendefinisikan kompos bioaktif sebagai kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman. SuperDec dan OrgaDec, produk biodekomposer yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI), dikembangkan berdasarkan filosofi tersebut. Mikroba biodekomposer unggul yang digunakan adalah Trichoderman pseudokoningii, Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan mikroba-mikroba patogen penyebab penyakit tanaman.
Keuntungan penggunaan kompos bioaktif untuk pertanian organik selain mempercepat waktu pengomposan dan menyediakan kompos yang berkualitas tinggi, juga berperan sebagai agensia hayati untuk mengendalikan penyakit tanaman, terutama penyakit yang menyerang dari dalam tanah. Kekawatiran para petani organik akan tanamannya yang mudah diserang penyakit dapat di atasi dengan menggunakan kompos bioaktif.
Biofertilizer
Petani organik sangat alergi dengan pupuk-pupuk kimia atau pupuk sintetik lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, petani organik umumnya mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos yang sudah matang kandungan haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain seratus kilogram kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya kg Urea/ha, kg SP 36/ha dan kg KCl/ha, maka kompos yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak ton kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak dan berimplikasi pula pada biaya produksi.
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupaun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N dari udara. N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di sekitar perakaran tanaman. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp. Rhizobium sp hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminose). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp, … ,………… Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Ektomikoriza seringkali ditemukan pada tanaman-tanaman keras/berkayu, sedangkan endomikoriza ditemukan pada banyak tanaman, baik tanaman berkayu atau bukan. Mikoriza hidup bersimbiosis pada akar tanaman. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering ditemukan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp.
Beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.
Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer untuk pertanian organik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang dikembangkan oleh BPBPI antara lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, dan Simbionriza.
Agen Biokontrol
ama dan penyakit tanaman merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida kimia seperti jenis-jenis hibrida, umumnya sangat rentah terhadap serangan hama dan penyakit ketika dibudidayakan dengan sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan mekanisme perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba-mikroba dapat mengendalikan organisme patogen tersebut. Mikroba atau organisme patogen akan menyerang tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen dengan mikroba pengendalinya. Di sini jumlah organisme patogen lebih banyak daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan penyakit tanaman dapat dihindari.
Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae. Mikroba-mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga yang menjadi hama tanaman. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp. Trichoderma sp mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), atau Phytoptora sp.
Aplikasi pada Pertanian Organik
Produk-produk bioteknologi mikroba hampir seluruhnya menggunakan bahan-bahan alami. Produk-produk ini dapat memenuhi kebutuhan petani organik. Kebutuhan akan bahan organik tanah dan hara tanaman dapat dipenuhi dengan kompos bioaktif dan aktivator pengomposan. Aplikasi biofertilizer pada pertanian organik dapat mensuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Serangan hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan dengan memanfaatkan biokotrol.
Selama ini petani Indonesia yang menerapkan sistem pertanian organik hanya mengandalkan kompos dan cenderung membiarkan serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan tersedianya bioteknologi berbasis mikroba, petani organik tidak perlu kawatir dengan masalah ketersediaan bahan organik, unsur hara, dan serangan hama dan penyakit tanaman.
Tanah adalah habitat yang sangat kaya akan keragaman mikroorganisme seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah-tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba-mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian. Mikroba tanah antara lain berperan dalam mendegradasi limbah-limbah organik pertanian, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen dari udara, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan tanaman, biokontrol patogen tanaman, membantu penyerapan unsur hara tanaman, dan membentuk simbiosis menguntungan. Bioteknologi berbasis mikroba tanah dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran penting mikroba tanah tersebut.
Teknologi Kompos Bioaktif
Salah satu masalah mendasar yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik adalah kandungan bahan organik tanah dan status hara tanah yang rendah. Petani organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang. Pupuk hijau dan pupuk kandang sebenarnya adalah limbah-limbah organik yang telah mengalami penghacuran sehingga menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Limbah organik seperti sampah dedaunan, seresah, kotoran-kotoran binatang ternak tidak bisa langsung diberikan ke tanaman. Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Secara alami proses pengkomposan ini memakan waktu yang sangat lama, berkisar antara enam bulan hingga setahun sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman.
Proses penghancuran limbah organik dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) yang memiliki kemampuan tinggi. Penggunaan mikroba penghancur ini dapat mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Di pasaran saat ini banyak tersedia produk-produk biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan, misalnya: SuperDec, OrgaDec, EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain.
Dr. Didiek H Goenadi, Direktur Eksekutif Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, mendefinisikan kompos bioaktif sebagai kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman. SuperDec dan OrgaDec, produk biodekomposer yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI), dikembangkan berdasarkan filosofi tersebut. Mikroba biodekomposer unggul yang digunakan adalah Trichoderman pseudokoningii, Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan mikroba-mikroba patogen penyebab penyakit tanaman.
Keuntungan penggunaan kompos bioaktif untuk pertanian organik selain mempercepat waktu pengomposan dan menyediakan kompos yang berkualitas tinggi, juga berperan sebagai agensia hayati untuk mengendalikan penyakit tanaman, terutama penyakit yang menyerang dari dalam tanah. Kekawatiran para petani organik akan tanamannya yang mudah diserang penyakit dapat di atasi dengan menggunakan kompos bioaktif.
Biofertilizer
Petani organik sangat alergi dengan pupuk-pupuk kimia atau pupuk sintetik lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, petani organik umumnya mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos yang sudah matang kandungan haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain seratus kilogram kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya kg Urea/ha, kg SP 36/ha dan kg KCl/ha, maka kompos yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak ton kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak dan berimplikasi pula pada biaya produksi.
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupaun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N dari udara. N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di sekitar perakaran tanaman. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp. Rhizobium sp hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminose). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp, … ,………… Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Ektomikoriza seringkali ditemukan pada tanaman-tanaman keras/berkayu, sedangkan endomikoriza ditemukan pada banyak tanaman, baik tanaman berkayu atau bukan. Mikoriza hidup bersimbiosis pada akar tanaman. Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering ditemukan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp.
Beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.
Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer untuk pertanian organik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang dikembangkan oleh BPBPI antara lain: Emas, Rhiphosant, Kamizae, dan Simbionriza.
Agen Biokontrol
ama dan penyakit tanaman merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya pertanian organik. Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida kimia seperti jenis-jenis hibrida, umumnya sangat rentah terhadap serangan hama dan penyakit ketika dibudidayakan dengan sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan mekanisme perlindungan alami. Di alam terdapat mikroba-mikroba dapat mengendalikan organisme patogen tersebut. Mikroba atau organisme patogen akan menyerang tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan populasi antara organisme patogen dengan mikroba pengendalinya. Di sini jumlah organisme patogen lebih banyak daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila kita dapat menyeimbangakan populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan penyakit tanaman dapat dihindari.
Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae. Mikroba-mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga yang menjadi hama tanaman. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp. Trichoderma sp mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), atau Phytoptora sp.
Aplikasi pada Pertanian Organik
Produk-produk bioteknologi mikroba hampir seluruhnya menggunakan bahan-bahan alami. Produk-produk ini dapat memenuhi kebutuhan petani organik. Kebutuhan akan bahan organik tanah dan hara tanaman dapat dipenuhi dengan kompos bioaktif dan aktivator pengomposan. Aplikasi biofertilizer pada pertanian organik dapat mensuplai kebutuhan hara tanaman yang selama ini dipenuhi dari pupuk-pupuk kimia. Serangan hama dan penyakit tanaman dapat dikendalikan dengan memanfaatkan biokotrol.
Selama ini petani Indonesia yang menerapkan sistem pertanian organik hanya mengandalkan kompos dan cenderung membiarkan serangan hama dan penyakit tanaman. Dengan tersedianya bioteknologi berbasis mikroba, petani organik tidak perlu kawatir dengan masalah ketersediaan bahan organik, unsur hara, dan serangan hama dan penyakit tanaman.
Proses Pembuatan Kulit Manggis Menjadi Zat Pewarna Alami
Posted by
Jakes sito
,
at
3:21 PM
Teknologi Mikroenkapsulasi Antosianin dari KBM
Saat ini mikroenkapsulasi banyak digunakan, terutama dalam produk-produk pangan dan kesehatan. Dengan menggunakan teknologi ini, zat dan senyawa yang berbentuk padat, cair, maupun gas dapat dikemas dalam bentuk mikro dan digunakan kembali dengan perlakuan tertentu (Diziezak, 1988). Teknologi mikroenkapsulasi dapat melindungi material yang dienkapsulasi dari banyak faktor seperti suhu, cahaya, perubahan pH, kelembaban, mikroorganisme, dan juga dari pengaruh oksidasi (Pothakamuryans et al., 1995; Diziezak, 1988 ). Antosianin memiliki sifat yang mudah terdegradasi terutama oleh faktor-faktor non enzimatis seperti pH, cahaya dan suhu (Elbe dan Schwartz, 1996). Melihat sifat-sifat antosianin yang tidak stabil dan mudah terdegradasi maka sangatlah tepat bila teknologi mikroenkapsulasi digunakan, karena dapat melindungi antosianin dari faktor-faktor penyebab degradasinya. Secara lebih lengkap, proses teknologi mikro enkapsulasi yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3. Proses produksi pewarna makanan alami KBM pada karya tulis kali ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan bahan, tahap ekstraksi dan tahap mikroenkapsulasi. Tahap persiapan bahan merupakan tahap pertama dimana buah manggis segar diberi beberapa perlakuan dan dikeringkan menjadi tepung KBM. Dalam tahap ini ada beberapa proses yang amat penting yang harus diperhatikan seperti proses perendaman, blancing, dan pengeringan. Proses perendaman selama 1 jam bertujuan agar getah maupun tanin yang terkandung di dalam KBM terlarut ke dalam air sehingga tidak ikut terekstrak. Setelahnya, dilakukan proses blanching yang bertujuan untuk menginaktifasi enzim polifenoloksidase. Dengan menginaktivasi enzim tersebut maka proses browning dan oksidasi antosianin yang tidak diinginkan dapat dicegah. Berdasarkan percobaan terdahulu, proses blanching selama 5 menit merupakan proses blanching terbaik untuk buah-buahan. Pengeringan dilakukan pada suhu 50oC, karena suhu yang tinggi dapat merusak antosianin yang terkandung di dalam KBM (Budiarto, 1991).
Gambar 5. Bagan Proses Pembuatan Serbuk Pewarna Alami (Antosianin) KBM
Tahap ekstraksi merupakan tahap utama yang amat penting dalam proses pembuatan produk pewarna alami dari KBM. Kualitas produk dan jumlah rendemen yang akan diperoleh pada tahap mikroenkapsulasi ditentukan pada tahap ini. Proses ekstraksi antosianin dilakukan pada suhu ruang menggunkan air dengan perbandingan 1:10 (Tepung KBM : Air). Dengan menggunakan suhu ruang diharapkan proses degradasi antosianin yang terjadi pada proses ekstraksi akan terjadi seminimal mungkin sehingga menaikkan rendemen antosianin yang terekstrak. Air merupakan pelarut alami yang murah dan aman serta telah terbukti dapat mengekstrak antosianin dari KBM. Namun demikian, penggunaan air akan turut mengekstrak tanin dan gum yang tidak diharapkan untuk turut terekstrak karena akan menyulitkan proses mikroenkapsulasi serta menurunkan kualitas produk akhir (Timberlake, 1980). Untuk itu, akan dilakukan dua proses tambahan yaitu proses pengurangan tanin dan penghilangan gum untuk mengatasi persoalan tersebut. Terdapat beberapa senyawa yang dapat digunakan untuk menghilangkan tanin antara lain CMC, alginat, albumin, dan gelatin. Namun, berdasarkan penelitian terdahulu, dapat mengikat tanin KBM dengan baik dan mengendapkannya (Budiarto, 1991). Gum merupakan senyawa karbohidrat yang banyak terdapat di dalam kulit buah-buahan. Kandungan gum akan berpengaruh pada kelarutan produk akhir yang dihasilkan. Kandungan gum yang tinggi pada ekstrak antosianin akan menyebabkan kelengketan pada nozzle sehingga menyulitkan proses spray drying dan menyebabkan penurunan tingkat kelarutan produk akhir. Untuk menghindari hal tersebut, maka dilakukan proses penghilangan gum menggunakan etanol 50 % sebanyak 50 % dari volume ekstrak yang dihasilkan. Selanjutnya, ekstrak dievaporasi menjadi padatan menggunakan vacuum evaporator pada suhu 50oC untuk menguapkan etanol dari proses sebelumnya. Tahap terakhir adalah tahap mikroenkapsulasi. Tahap mikroenkapsulasi ini dilakukan dengan mengikuti proses mikroenkapsulasi vitamin C. Vitamin C dipilih karena sifatnya yang menyerupai antosianin yaitu mudah terdegradasi oleh suhu dan cahaya sehingga diharapkan proses yang akan diterapkan nantinya akan meminimalisir kerusakan antosianin. Sebelum proses spray drying dilakukan, padatan ekstrak KBM harus direhidrasi terlebih dahulu sesuai dengan volume ekstrak pada proses ekstraksi sebelumnya. Ekstrak KBM kemudian ditambahkan bahan pengisi berupa campuran maltodekstrin dan capsul dengan perbandingan 1:1 sebanyak 10 % dari volume ekstrak. Penambahan maltodekstrin bertujuan untuk melindungi antosianin dari proses oksidasi (Reineccius, 1991) sedangkan penambahan capsul bertujuan untuk mengikat komponen-komponen yang akan menjadi volatil pada saat proses spray drying dilakukan dan menstabilkan emulsi yang terbentuk (Marchal et al., 1999). Kedua bahan pengisi tersebut merupakan polisakarida yang berasal dari pati yang dimodifikasi sehingga penggunaannya cukup aman dan relatif tidak berinteraksi dengan material yang dienkapsulasi. Setelah dihomogenisasi, ekstrak campuran kemudian diproses menggunakan spray drying untuk membentuk lapisan misel atau dinding pelindung. Proses spray drying dipilih karena biayanya yang ekonomis dan telah terbukti dapat untuk digunakan untuk melakukan mikroenkapsulasi terhadap beberapa vitamin, terutama vitamin C. Berdasarkan Uddin et al. (1991), penggunaan spray drying untuk mikroenkapsulasi vitamin C dapat mengakibatkan pengurangan kadar vitamin C sebesar 20 % namun, jumlah ini masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan proses produksi vitamin C lainnya. Meskipun demikian, menurut Uddin et al. (1991), proses mikroenkapsulasi vitamin C menggunakan spray drying dan bahan pengisi karbohidrat terbukti mampu mencegah terjadinya proses degradasi, oksidasi, dan perubahan warna pada vitamin C. Hal lainnya yang perlu diperhatikan dari penggunaan spray drying adalah pengaturan suhu inlet dan outlet. Menurut Dib Taxi et al. (2003), suhu inlet 150oC merupakan suhu terbaik yang dapat digunakan untuk melakukan proses mikroenkapsulasi vitamin C. Suhu outlet merupakan suhu keluaran produk mikroenkapsulasi. Sebaiknya, suhu outlet tidak terlalu tinggi namun, tetap dapat menjaga produk yang dihasilakan agar tetap kering dan tidak menyerap uap air. Dalam karya tulis kali ini suhu outlet yang digunakan mengikuti suhu outlet yang biasa digunakan dalam proses spray drying yaitu 90oC.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Antosianin yang terkandung dalam KBM dapat digunakan sebagai salah satu pewarna makanan alami yang sehat dan aman. Antosianin KBM dalam produk pangan tidak hanya memberikan warna tetapi juga memiliki manfaat kesehatan sebagai antioksidan dan anti bakteri yang dapat mencegah terjadinya penyakit gastrointestinal. Hal ini dapat menjawab tuntutan masyarakat yang mulai beralih pada pewarna alami yang tidak berbahaya dan sekaligus mempunyai sifat fungsional tertentu. Mengingat sifat antosianin yang tidak stabil dan mudah terdegradasi maka dibutuhkan proses pengolahan tertentu yang efektif dan ekonomis yang dapat menjawab permasalahan ini. Teknologi mikroenkapsulasi dengan spray drying merupakan teknologi yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembuatan pewarna makanan alami KBM karena kelebihannya yang dapat melindungi antosianin dari pengaruh suhu, cahaya, pH, kelembaban, mikroorganisme, serta oksidasi sehingga tidak mudah terdegradasi dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, kerusakan yang diakibatkan teknologi mikroenkapsulasi dengan spray drying cukup rendah, yaitu hanya sekitar 20 %. Saran Melihat potensi dan prospek pewarna makanan alami KBM maka penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memaksimalkan manfaat yang dimilikinya. Optimalisasi proses mikroenkapsulasi juga perlu dilakukan agar kualitas produk dan rendemen yang dihasilkan dapat lebih ditingkatkan.
Saat ini mikroenkapsulasi banyak digunakan, terutama dalam produk-produk pangan dan kesehatan. Dengan menggunakan teknologi ini, zat dan senyawa yang berbentuk padat, cair, maupun gas dapat dikemas dalam bentuk mikro dan digunakan kembali dengan perlakuan tertentu (Diziezak, 1988). Teknologi mikroenkapsulasi dapat melindungi material yang dienkapsulasi dari banyak faktor seperti suhu, cahaya, perubahan pH, kelembaban, mikroorganisme, dan juga dari pengaruh oksidasi (Pothakamuryans et al., 1995; Diziezak, 1988 ). Antosianin memiliki sifat yang mudah terdegradasi terutama oleh faktor-faktor non enzimatis seperti pH, cahaya dan suhu (Elbe dan Schwartz, 1996). Melihat sifat-sifat antosianin yang tidak stabil dan mudah terdegradasi maka sangatlah tepat bila teknologi mikroenkapsulasi digunakan, karena dapat melindungi antosianin dari faktor-faktor penyebab degradasinya. Secara lebih lengkap, proses teknologi mikro enkapsulasi yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3. Proses produksi pewarna makanan alami KBM pada karya tulis kali ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan bahan, tahap ekstraksi dan tahap mikroenkapsulasi. Tahap persiapan bahan merupakan tahap pertama dimana buah manggis segar diberi beberapa perlakuan dan dikeringkan menjadi tepung KBM. Dalam tahap ini ada beberapa proses yang amat penting yang harus diperhatikan seperti proses perendaman, blancing, dan pengeringan. Proses perendaman selama 1 jam bertujuan agar getah maupun tanin yang terkandung di dalam KBM terlarut ke dalam air sehingga tidak ikut terekstrak. Setelahnya, dilakukan proses blanching yang bertujuan untuk menginaktifasi enzim polifenoloksidase. Dengan menginaktivasi enzim tersebut maka proses browning dan oksidasi antosianin yang tidak diinginkan dapat dicegah. Berdasarkan percobaan terdahulu, proses blanching selama 5 menit merupakan proses blanching terbaik untuk buah-buahan. Pengeringan dilakukan pada suhu 50oC, karena suhu yang tinggi dapat merusak antosianin yang terkandung di dalam KBM (Budiarto, 1991).
Gambar 5. Bagan Proses Pembuatan Serbuk Pewarna Alami (Antosianin) KBM
Tahap ekstraksi merupakan tahap utama yang amat penting dalam proses pembuatan produk pewarna alami dari KBM. Kualitas produk dan jumlah rendemen yang akan diperoleh pada tahap mikroenkapsulasi ditentukan pada tahap ini. Proses ekstraksi antosianin dilakukan pada suhu ruang menggunkan air dengan perbandingan 1:10 (Tepung KBM : Air). Dengan menggunakan suhu ruang diharapkan proses degradasi antosianin yang terjadi pada proses ekstraksi akan terjadi seminimal mungkin sehingga menaikkan rendemen antosianin yang terekstrak. Air merupakan pelarut alami yang murah dan aman serta telah terbukti dapat mengekstrak antosianin dari KBM. Namun demikian, penggunaan air akan turut mengekstrak tanin dan gum yang tidak diharapkan untuk turut terekstrak karena akan menyulitkan proses mikroenkapsulasi serta menurunkan kualitas produk akhir (Timberlake, 1980). Untuk itu, akan dilakukan dua proses tambahan yaitu proses pengurangan tanin dan penghilangan gum untuk mengatasi persoalan tersebut. Terdapat beberapa senyawa yang dapat digunakan untuk menghilangkan tanin antara lain CMC, alginat, albumin, dan gelatin. Namun, berdasarkan penelitian terdahulu, dapat mengikat tanin KBM dengan baik dan mengendapkannya (Budiarto, 1991). Gum merupakan senyawa karbohidrat yang banyak terdapat di dalam kulit buah-buahan. Kandungan gum akan berpengaruh pada kelarutan produk akhir yang dihasilkan. Kandungan gum yang tinggi pada ekstrak antosianin akan menyebabkan kelengketan pada nozzle sehingga menyulitkan proses spray drying dan menyebabkan penurunan tingkat kelarutan produk akhir. Untuk menghindari hal tersebut, maka dilakukan proses penghilangan gum menggunakan etanol 50 % sebanyak 50 % dari volume ekstrak yang dihasilkan. Selanjutnya, ekstrak dievaporasi menjadi padatan menggunakan vacuum evaporator pada suhu 50oC untuk menguapkan etanol dari proses sebelumnya. Tahap terakhir adalah tahap mikroenkapsulasi. Tahap mikroenkapsulasi ini dilakukan dengan mengikuti proses mikroenkapsulasi vitamin C. Vitamin C dipilih karena sifatnya yang menyerupai antosianin yaitu mudah terdegradasi oleh suhu dan cahaya sehingga diharapkan proses yang akan diterapkan nantinya akan meminimalisir kerusakan antosianin. Sebelum proses spray drying dilakukan, padatan ekstrak KBM harus direhidrasi terlebih dahulu sesuai dengan volume ekstrak pada proses ekstraksi sebelumnya. Ekstrak KBM kemudian ditambahkan bahan pengisi berupa campuran maltodekstrin dan capsul dengan perbandingan 1:1 sebanyak 10 % dari volume ekstrak. Penambahan maltodekstrin bertujuan untuk melindungi antosianin dari proses oksidasi (Reineccius, 1991) sedangkan penambahan capsul bertujuan untuk mengikat komponen-komponen yang akan menjadi volatil pada saat proses spray drying dilakukan dan menstabilkan emulsi yang terbentuk (Marchal et al., 1999). Kedua bahan pengisi tersebut merupakan polisakarida yang berasal dari pati yang dimodifikasi sehingga penggunaannya cukup aman dan relatif tidak berinteraksi dengan material yang dienkapsulasi. Setelah dihomogenisasi, ekstrak campuran kemudian diproses menggunakan spray drying untuk membentuk lapisan misel atau dinding pelindung. Proses spray drying dipilih karena biayanya yang ekonomis dan telah terbukti dapat untuk digunakan untuk melakukan mikroenkapsulasi terhadap beberapa vitamin, terutama vitamin C. Berdasarkan Uddin et al. (1991), penggunaan spray drying untuk mikroenkapsulasi vitamin C dapat mengakibatkan pengurangan kadar vitamin C sebesar 20 % namun, jumlah ini masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan proses produksi vitamin C lainnya. Meskipun demikian, menurut Uddin et al. (1991), proses mikroenkapsulasi vitamin C menggunakan spray drying dan bahan pengisi karbohidrat terbukti mampu mencegah terjadinya proses degradasi, oksidasi, dan perubahan warna pada vitamin C. Hal lainnya yang perlu diperhatikan dari penggunaan spray drying adalah pengaturan suhu inlet dan outlet. Menurut Dib Taxi et al. (2003), suhu inlet 150oC merupakan suhu terbaik yang dapat digunakan untuk melakukan proses mikroenkapsulasi vitamin C. Suhu outlet merupakan suhu keluaran produk mikroenkapsulasi. Sebaiknya, suhu outlet tidak terlalu tinggi namun, tetap dapat menjaga produk yang dihasilakan agar tetap kering dan tidak menyerap uap air. Dalam karya tulis kali ini suhu outlet yang digunakan mengikuti suhu outlet yang biasa digunakan dalam proses spray drying yaitu 90oC.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Antosianin yang terkandung dalam KBM dapat digunakan sebagai salah satu pewarna makanan alami yang sehat dan aman. Antosianin KBM dalam produk pangan tidak hanya memberikan warna tetapi juga memiliki manfaat kesehatan sebagai antioksidan dan anti bakteri yang dapat mencegah terjadinya penyakit gastrointestinal. Hal ini dapat menjawab tuntutan masyarakat yang mulai beralih pada pewarna alami yang tidak berbahaya dan sekaligus mempunyai sifat fungsional tertentu. Mengingat sifat antosianin yang tidak stabil dan mudah terdegradasi maka dibutuhkan proses pengolahan tertentu yang efektif dan ekonomis yang dapat menjawab permasalahan ini. Teknologi mikroenkapsulasi dengan spray drying merupakan teknologi yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembuatan pewarna makanan alami KBM karena kelebihannya yang dapat melindungi antosianin dari pengaruh suhu, cahaya, pH, kelembaban, mikroorganisme, serta oksidasi sehingga tidak mudah terdegradasi dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, kerusakan yang diakibatkan teknologi mikroenkapsulasi dengan spray drying cukup rendah, yaitu hanya sekitar 20 %. Saran Melihat potensi dan prospek pewarna makanan alami KBM maka penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memaksimalkan manfaat yang dimilikinya. Optimalisasi proses mikroenkapsulasi juga perlu dilakukan agar kualitas produk dan rendemen yang dihasilkan dapat lebih ditingkatkan.
Subscribe to:
Posts (Atom)